KESENIAN PENCAK SILAT BANDRONG

By 00.16

KESENIAN PENCAK SILAT BANDRONG


Pada waktu Sultan Maulana Hasanudin dinobatkan menjadi sultan di Banten ( 1552-1570 ), beliau mempunyai seorang patih yang bernama kiayi semar ( Ki semar ), beliau berasal dari kampong kemuning Desa tegal luhur . Sang patih pada hari jum�at selalu izin kepada sultan untuk kembali ke kampungnya karena pada hari tersebut ia berdagang daging kerbau di pasar Balagendong Desa Binuangeun ( dulu Kecamatan ). Pada suatu hari ketika Ki semar sedang berjualan dilapaknya tiba � tiba datanglah seseorang yang akan membeli dagangannya, orang itu bernama Kiayi Asyraf ( Ki Sarap ) tujuannya untuk membeli limpa atau sangket. Tapi oleh Ki Semar keinginan si pembeli di sepelekan karena dianggapnyaorang miskin tak akan mampu membeli sangket yang harganya sangat mahal, padahal Ki sarap sebenarnya ingin untuk membelinya. Karena Ki sarap memaksa untuk membeli sedangkan Ki semar tetap bertahan tidak mau menjualnya, sehingga suasana menjadi tegang, kemudian terjadilah pertangkaran mulut, dan akhirnya terjadilah bentrokan fisik.
Tangan Ki Sarap di kelit ditekuk dibelakang punggung, dan dengan angkuh serta melecehkan, Ki Semar mengatakan � tak mungkin orang miskin seperti kamu mampu membeli barang daganganku ini�. Ki sarap sangat marah disebut sebagai orang miskin tapi diam saja menahan amarah karena kejadian tersebut di tempat umum. Akhirnya dia pulang dengan tangan hampa tanpa membawa sangket yang diinginkannya, saat pikirannya dipenuhi perasaan tersinggung oleh ucapan Ki semar yang sangat menyakitkan hatinya, kemudian timbulah rencana untuk menghadang Ki semar dalam perjalanan pulang kerumahnya nanti.
Sekitar pukul 10.00 siang ketika itu para pedagang dipasar mulai bubar dan Ki semar mulai beranjak pulang menuju rumahnya di kampong kemuning, ia berjalan tergesa � gesa karena pada hari itu ia harus mengejar sholat jum�at berjamaah. Di tempat yang sepi antara Balagendong dan kampong kemuning, tiba � tiba muncul Ki Sarap di tengah jalan menhadang Ki Semar, saat itu Ki Sarap yang hatinya sudah dipenuhi kemarahan tanpa basa - basi lagi langsung menyerang Ki Semar berusaha membela dirinya sehingga terjadilah adu kekuatan ilmu kemonesan / kesaktian.
Kemudian masing � masing mengeluarkan ilmu ketangkasan dan kehebatannya, memang mereka berdua sama � sama kuat, tangkas dan sakti kanuragan. Perkelahian antara keduanya itu berlangsung sejak jam 11.00 siang sampai jam 18.00 sore menjelang magrib. Ki sarap telah mengeluarkan seluruh kemampuannya, semua jurus, kelit, seliwa kurung, lima pukul, sepak kombinasi, sodok dan seribu satu langkah telah dikeluarkannya. Tapi Ki Semar juga sama tangguhnya, setiap kali kena benturan pukulankeras Ki Sarap, setiap kali itu pula benturannya mengeluarkan suara seperti gendring dan juga mengeluarkan kilatan api dari tubuh Ki Semar.
Begitu pula Ki sarap yang tangguh, beliau menguasai ilmu pencak silat bandrong, tubuhnya sama sekali tak dapat di sentuholeh serangan � serangan Ki semar yang datang beruntun seperti air bah. Pencak silat bandrong sangat ampuh sebab dalam langkah dan jurusnya terdapat banyak versi dan variari pukulan, mampu berkelit dari pukulan atau tendangan musuh, bacokan golok, tusukan pisau atau senjata apapun, seorang pesilat bandrong akan dapat berkelit dengan sangat indah, licin dan gesit luar biasa. Bahkan serangan baliknya sangat membahayakan bagi lawan � lawanya.
Semakin keras serangan musuhnya, semakin keras pula jatuhnya, bahkan pesilat bandrong dapat menawarkan kepada musuhnya ingin jatuh terlentang atau telungkup bahkan terpelanting, hal seperti ini akan membuat musuh � musuhnya kewalahan. Peristiwa itu memang luar biasa, keduanya ternyata sama � sama sakti Ki semar sangat kebal pukulan, Ki sarap sangat licin bagai belut dan tangkas menyerang seperti ikan bandrong yang melesat terbang dan menukik. Ketika alam mulai gelap mendekati waktu magrib, tiba � tiba Ki sarap menghadapkan tubuhnya kearah kiblat kepalanya menengadah kelangit bermunajat dan istighosah kepada Allah SWT, setelah selesai berdo�a terlihat kakaknya yang bernama Ki ragil sedang duduk di pelepah pohon aren yang tinggi, agaknya sudah lma dia memperhatikan pertarungannya.
Melihat itu Ki Sarap pun berteriak � kakak ! sudah sejak pagi hingga sore aku bertarung melawan orang ini, tapi belum ada yang kalah� . Ki Ragil pun bertanya : � Apa kamu sudah lelah atau kewalahan ?�, hai adikku, ini ambillah golokku tebaslah leher musuhnmu � ujar Ki ragil sambil menjatuhkan goloknya. Kemudian Ki sarap mengambil golok itu dan menebas leher Ki semar, dengan sekali tebas kepala Ki semarpun terpental puluhan meter, lalu kepala itu berputar seperti gangsing kemudian menghujam kedalam tanah. Hingga saat ini tempat kepala terkubur yaitu dipinggir sungai di tepi hutan antara balagendong dan kampung kemuning menjadi tempat yang sepi dan kabarnya angker banyak gangguan mahluk halus hingga sekarang ini.
Usai sudah pertandingan hebat itu yang dimenangkan oleh Ki sarap, kemudian masyarakat yang menyaksikan adu kekuatan itu segera mengangkat tubuh Ki semar yang tanpa kepala dibawa kekampung untuk di urus sebagaimana mestinya dan kemudian dimakamkan dikampung kemuning desa tegal luhur. Ter siarnya kabar tentang kematian Ki semar yang saat itu menjabat sebagai senopati tanah banten, merupakan berita yang menghebohkan dan berita itu dibicarakan dihampir semua tempat orang berkumpul membicarakan tentang kejadian tersebut dan sampailah berita tersebut kepada Sultan Maulana Hasanudin di Banten. Mendengar berita tersebut Sultan sangat terkejut dan marah, kemudian memerintahkan kepada punggawanya untuk menangkap Ki Sarap yang di anggap sebagai pembunuh Ki Semar sang senopati Banten.

You Might Also Like

0 komentar