Hakikat Etika Filsafat
Hakikat Etika Filsafat
Etika
filsafat sebagaicabang ilmu, melanjutkan kecenderungan seseorang dalam
hidup sehari-hari. Etika filsafat merefleksikan unsur-unsur tingkah laku
dalam pendapat-pendapat secara sepontan. Kebutuhan refleksi itu dapat
dirasakan antara lain karena pendapat etik tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain.
Etika filsafat dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis,
metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia dari sudut
norma-norma susila atau dari sudut baik atau buruk. Dari sudut pandang
normatif, etika filsafat merupakan wacana yang khas bagi perilaku
kehidupan manusia, dibandingkan dengan ilmu lain yang juga membahas
tingkah laku manusia.
Etika filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan
malah dikenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua. Dalam
konteks filsafat yunani kuno etika filsfat sudah terbentuk terbentuk
dengan kematangan yang mengagumkan. Etika filsafat merupakan ilmu,
tetapi sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu emperis, artinya
ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah
meniggalkan fakta. Ilmu-ilmu itu bersifat emperis, karena seluruhna
berlangsung dalam rangka emperis (pengalaman inderawi) yaitu apa yang
dapat dilihat, didengar, dicium, dan dirasakan. Ilmu emperis berasal
dari observasi terhadap fakta-fakta dan jika ia berhasil merumuskan
hukum-hukum ilmiah, maka kebenaran hukum-hukum itu harus diuji lagi
dengan berbalik kepada fakta-fakta. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain,
etika filsafat tidak membatasi gejala-gejala konkret. Tentu saja,
filsafat berbicara juga tentang yang konkret, kadang-kadang malah
tentang hal-hal yang amat konkret, tetapi ia tidak berhenti di situ.
Pada awal sejarah timbulnya ilmu etika, terdapat pandangan
bahwa pengetahuan bener tentang bidang etika secara otomatis akan
disusun oleh perilaku yang benar juga. Itulah ajaran terkenal dari
sokrates yang disebut Intelektualisme Etis. Menurut sokrates orang yang
mempunyai pengetahuan tentang baik pasti akan melakukan kebaikan juga.
Orang yang berbuat jahat, dilakukan karena tidak ada pengetahuan
mendalam mengenai ilmu etika. Makanya ia berbuat jahat.
Kalau dikemukakan secara radikal begini, ajaran itu sulit
untuk dipertahankan. Bila orang mempunyai pengetahuan mendalam mengenai
ilmu etika, belum terjamin perilakunya baik. Disini berbeda dari
pengalaman ilmu pasti. Orang-orang yang hampir yang tidak mendapat
pendidikan di sekolah, tetapi selalu hidup dengan perilaku baik dengan
sangat mengagumkan. Namun demikian, ada kebenarannya juga dalam pendapat
sokrates tadi, pengethuan tentang etika merupakan suatu unsur penting,
supaya orang dapat mencapai kematangan perilaku yang baik. Untuk
memperoleh etika baik, studi tentang etika dapat memberikan suatu
kontribusi yang berarti sekalipun studi itu sendiri belum cukup untuk
menjamin etika baik dapat terlaksana secara tepat.
Etika filsafatjuga bukan filsafat praktis dalam arti ia
menyajikan resep-resep yang siap pakai. Buku etika tidak berupa buku
petunjuk yang dapat dikonsultasikan untuk mengatasi kesulitan etika
buruk yang sedang dihadapi. Etika filsafat merupakan suatu refleksi
tentang teman-teman yang menyangkut perilaku. Dalam etika filsafat
diharapkan semuah orang dapat menganalisis tema-tema pokok seperti hati
nurani, kebebasan, tanggung jawab, nilai, norma, hak, kewajiban, dan
keutamaan.
Di kalangan orang-orang kebanyakan, sering kali etika
filsafat tidak mempunyai nama harum. Tidak jarang ia dituduh
mengawang-awang saja, karena membahas hal-hal yang abstrak dan kurang
relevenuntuk hidup sehari-hari. Banyak uraian etika filsafat dianggap
tidak jauh dari kenyataan sesungguhnya. Itulah hakikat filsafat mengenai
etika. Disini tidak perlu diselidiki sampai dimana prasangka itu
mengandung kebenaran. Tetapi setidak-tidaknyatentang etika sebagai
cabang filsafatdengan mudah dapat disebut dan disetujui relevansinya
bagi banyak persoalan yang dihadapi umat manusia. (M. Yatimin Abdullah:
2006)
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara
kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan,
nilai, norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika
menuntut pertanggungjawaban dan mau menyingkatkan kerancuan (kekacauan).
Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral yang dikemukakan
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan
moral, sedangkan kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia
sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat
dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak
ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakkan manusia dilihat
dari segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran
tertentu dan terbatas.
0 komentar