Teka-teki Naskah Kuno di Birmingham, Benarkah Al Quran Pertama di Dunia?

By 04.39

Teka-teki Naskah Kuno di Birmingham, Benarkah Al Quran Pertama di Dunia?

     Ketika Universitas Birmingham mengungkapkan bahwa mereka memiliki fragmen dari salah satu Al Quran tertua di dunia, pernyataan itu menjadi berita utama di seluruh dunia. Dalam hal penemuan, tampaknya mungkin tidak luar biasa, tetapi timbul pertanyaan lebih besar tentang asal-usul naskah kuno ini.
    Saat ini, ada sebuah pendapat dari Timur Tengah yang menyatakan bahwa penemuan tersebut bisa menjadi lebih signifikan dan spektakuler daripada yang diperkirakan. Ada klaim bahwa fragmen ini bisa jadi merupakan fragmen dari versi lengkap Al Quran pertama, yang ditugaskan kepada Abu Bakar—sahabat Nabi Muhammad—dan bahwa penemuan fragmen ini adalah penemuan paling penting bagi dunia Muslim.

Kecocokan dengan fragmen Paris
    Namun, beberapa dari potongan itu telah jatuh ke beberapa tempat. Tampaknya fragmen di Birmingham, setidaknya berusia 1.370 tahun, dan pernah tersimpan  di masjid tertua Mesir, Masjid Amr ibn al-As di Fustat. 
  Setelah dilakukan berbagai penelitian dan uji coba, para akademisi semakin percaya bahwa naskah Birmingham benar-benar cocok dengan fragmen di Perpustakaan Nasional Perancis, Bibliotheque Nationale de France. Pihak perpustakaan menunjuk pakar bernama Francois Deroche, sejarawan Quran dan akademisi di College de France, dan ia menegaskan bahwa fragmen di Paris merupakan bagian dari Al Quran yang sama dengan fragmen yang ada di Birmingham.
   Alba Fedeli, peneliti yang pertama kali mengidentifikasi naskah di Birmingham, juga yakin bahwa fragmen tersebut sama dengan fragmen di Paris.
     Hal terpenting yang diketahui adalah bahwa naskah di Paris juga berasal dari Masjid Amr ibn al-As di Fustat.

“Pergi diam-diam”
   "Fragmen Paris" dari manuskrip ini dibawa ke Eropa oleh Asselin de Cherville, yang menjabat sebagai wakil konsul di Mesir ketika negara itu di bawah kendali tentara Napoleon pada awal abad ke-19. Deroche mengatakan bahwa janda Asselin de Cherville sepertinya telah mencoba untuk menjual manuskrip ini dan manuskrip Islam kuno lainnya ke Perpustakaan Inggris pada tahun 1820-an, tetapi mereka berakhir di perpustakaan nasional di Paris, dan tetap di sana sejak itu.
   Jika seharusnya manuskrip ini berada di Paris, apa yang terjadi pada fragmen yang berada di Birmingham? Deroche menjelaskan, pada abad ke-19, manuskrip dipindahkan dari masjid di Fustat ke perpustakaan nasional di Kairo. 
    Sepanjang jalan, beberapa lembar “pergi diam-diam” dan memasuki pasar barang antik. Lembaran-lembaran tersebut mungkin dijual dan dijual kembali, sampai pada tahun 1920 mereka diakuisisi oleh Alphonse Mingana dan dibawa ke Birmingham.
    Mingana merupakan seorang Suriah, yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah dengan didanai oleh keluarga Cadbury. "Tentu saja, tidak ada jejak resmi dari episode ini yang tersisa, tetapi itu pasti menjelaskan bagaimana Mingana mendapat beberapa lembar dari harta Fustat," kata Deroche. Yang menggoda, ia mengatakan bahwa fragmen sejenis lainnya, dijual ke para kolektor Barat, masih menunggu untuk ditemukan.

Tanggal disengketakan
    Namun, hal yang lebih kontroversial adalah penanggalan naskah di Birmingham. Hal yang benar-benar mengejutkan tentang penemuan Birmingham adalah tanggal awal, dengan pengujian radiokarbon yang menempatkannya antara 568 dan 645.
    Studi lebih lanjut mengungkap naskah itu bertanggal dalam kisaran 13 tahun setelah kematian Nabi Muhammad pada 632 M. David Thomas, profesor Kristen dan Islam Universitas Birmingham, menjelaskan bahwa naskah ditempatkan pada tahun-tahun awal Islam. "Orang yang benar-benar menulisnya dapat diketahui sebagai Nabi Muhammad."
    Tetapi, tanggal awal bertentangan dengan temuan akademisi yang berdasar pada analisis mereka terhadap gaya teks. Mustafa Shah, dari Departemen Studi Islam di School of Oriental and African Studies in London, mengatakan, "bukti grafis", seperti bagaimana ayat-ayat dipisahkan dan tanda gramatikal, menunjukkan ini berasal dari tanggal sesudahnya. 
     Dalam bentuk awal bahasa Arab ini, gaya menulis dikembangkan dan aturan tata bahasa berubah. Dr Shah mengatakan, naskah Birmingham tidak konsisten dengan tanggal awal. Deroche juga mengatakan bahwa ada kasus radiokarbon di mana naskah dengan tanggal yang diketahui telah diuji dan hasilnya salah.

Yakin tanggalnya akurat
     Akan tetapi, staf di unit akselerator radiokarbon Oxford University, yang menguji tanggal perkamen, yakin temuan mereka benar. Peneliti David Chivall mengatakan, keakuratan penanggalan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan pendekatan yang lebih dapat diandalkan untuk menghilangkan kontaminasi dari sampel. "Kami yakin bahwa kami melakukan penanggalan yang akurat."
    Selain itu, opini akademik dapat berubah. Shah mengatakan bahwa sampai tahun 1990-an pandangan akademis yang dominan di Barat adalah bahwa tidak ada versi tertulis lengkap Al-Quran sampai abad ke-8.
    Namun, para peneliti telah membalik konsensus ini, membuktikan hal itu "benar-benar salah" dan memberikan lebih banyak dukungan untuk catatan Muslim tradisional tentang sejarah Al Quran. Naskah yang cocok di Paris sebenarnya dapat membantu untuk menyelesaikan argumen tentang tanggal, tetapi sayangnya naskah itu belum diuji radiokarbon. 

Quran pertama
    Tetapi, jika penanggalan naskah Birmingham benar, lantas apa artinya? Hanya ada dua lembar di Birmingham, tetapi Prof Thomas mengatakan, koleksi lengkap akan terdiri dari sekitar 200 lembar yang terpisah.
    Kemudian, timbul pertanyaan tentang siapakah yang ditugaskan menulis dan menyusun Quran dan mampu memobilisasi sumber daya untuk memproduksinya? Jamal bin Huwareib, managing director dari Mohammad bin Rasyid Al Maktoum Foundation, sebuah yayasan pendidikan yang didirikan oleh penguasa Uni Emirat Arab, mengatakan, bukti menunjuk ke kesimpulan luar biasa. Ia percaya naskah di Birmingham adalah bagian dari versi pertama Al Quran yang ditulis komprehensif dan dirakit oleh Abu Bakar, khalifah Muslim yang memerintah antara 632 dan 634. "Ini penemuan paling penting yang pernah ada bagi dunia Muslim," kata bin Huwareib, yang telah mengunjungi Birmingham untuk memeriksa naskah. "Saya yakin ini adalah Al Quran dari Abu Bakar."
    Dia mengatakan, kualitas tinggi tulisan tangan dan perkamen menunjukkan bahwa lembaran ini adalah sebuah karya bergengsi yang dibuat untuk seseorang yang penting. Penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa fragmen tersebut berasal dari hari-hari Islam awal. "Versi ini, koleksi ini, naskah ini adalah akar Islam, itu adalah akar dari Al Quran," kata bin Huwareib. "Ini akan menjadi sebuah revolusi dalam mempelajari Islam,” tambahnya. 

"Naskah tak ternilai"
     Ada kemungkinan lain. Penanggalan radiokarbon didasarkan pada kematian hewan yang kulitnya digunakan untuk perkamen, bukan ketika naskah itu selesai ditulis. Itu berarti naskah bisa saja ditulis beberapa tahun kemudian dari rentang akhir  di 645, dengan Prof Thomas menunjukkan tanggal kemungkinan dari 650-655. Ini akan tumpang tindih dengan produksi salinan Al Quran pada masa pemerintahan khalifah Utsman—antara 644 dan 656, yang dimaksudkan untuk menghasilkan Al Quran versi standar dan akurat untuk dikirim ke komunitas-komunitas Muslim.
    Jika naskah Birmingham adalah sebuah fragmen dari salah satu salinan tersebut, tentu ini juga akan menjadi hasil yang spektakuler. Memang tidak mungkin untuk secara definitif membuktikan atau menyangkal teori tersebut. Tetapi, Joseph Lumbard, profesor di departemen bahasa Arab dan studi penerjemahan di American University of Sharjah, mengatakan, jika penanggalan awal benar maka tidak ada yang harus disingkirkan. "Saya tidak akan mengabaikan bahwa bisa saja fragmen tersebut berasal dari naskah kuno yang dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit di bawah kepemimpinan Abu Bakar.” "Saya tidak akan mengabaikan bahwa itu bisa saja menjadi salinan naskah kuno Usman. Saya juga tidak akan mengabaikan argumen Deroche, dia ahli di bidang ini," kata Prof Lumbard.
   Prof Thomas mengatakan bisa saja salinan-salinan dibuat, dan mungkin naskah Birmingham merupakan salinan dari salinan yang dibuat khusus untuk masjid di Fustat. Jamal bin Huwaireb melihat penemuan ini seperti "naskah tak ternilai" di Inggris, yang bukan sebuah negara Muslim, seperti mengirim pesan saling toleransi antar-agama. "Kita harus menghormati satu sama lain, bekerja sama, kita tidak perlu konflik," pungkasnya.

You Might Also Like

0 komentar