Hubungan Etika dengan Ilmu Filsafat
Hubungan Etika dengan Ilmu Filsafat
Hubungan Etika dengan Ilmu Filsafat
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Bagian-bagiannya meliputi:
1.Metafisika yaitu kajian dibalik alam yang nyata,
2.Kosmologia yaitu kajian tentang alam,
3.Logika yaitu pembahasa tentang cara berpikir cepat dan tepat,
4.Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia,
5.Teologi yaitu pembahasan tentang ketuhanan,
6.Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu
komponen dalam filsafat. Banyak ilmu yang pada mulanya merupakan bagian
dari filsafat, tetapi karena ilmu tersebut kian meluas dan berkambang,
akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat.
Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih diakui
sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, ia merupakan ilmu yang
mempunyai identitas sendiri. (Alfan: 2011)
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina
seperti indera bersama, estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa
manusia untuk memperoleh konsep-konsep dan ide-ide dari alam
sekelilingnya. Jika manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia
berpisah dengan badan, maka ia selamanya akan berada dalam kesenangan.
Jika ia berpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu
dipengaruhi hawa nafsu. Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk
untuk selama-lamanya di akhirat.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina
memberi petunjuk dalam pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau
sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu etika.
Ibn Khaldun dalam melihat manusia mendasarkan pada
asumsi-asumsi kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia
peroleh dalam ajaran Islam. Ia melihat sebagai mekhluk berpikir. Oleh
karena itu, manusia mampu melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya.
Lewat kemampuan berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat
kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian pada berbagai cara guna
memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban.
Dalam pemikiran ilmu, Ibn Khaldun tampak bahwa manusia adalah makhluk
budaya yang kesempurnaannya baru akan terwujud manakla ia berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang perlunya pembinaan
manusia, termasuk dalam membina etika. Gambaran tentang manusia yang
terdapat dalam pemikiran filosofis itu akan memberikan masukan yang amat
berguna dalam merancang dan merencanakan tentang cara-cara membina
manusia, memperlakukannya, dan berkomunikasi dengannya. Dengan cara
demikian akan tercipta pola hubungan yang dapat dilakukan dalam
menciptakan kehidupan yang aman dan damai (M. Yatimin Abdullah: 2006).
Etika sebagai cabang filsafat dapat dipahami bahwa istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia
dengan nilai ketentuan baik atau buruk. Etika memiliki objek yang sama
dengan filsafat, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia.
Filsafat sebagai pengetahuan berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya berdasarkan pikiran. (Yatimin: 2006) Jika ia memikirkan
pengetahuan jadilah ia filsafat ilmu, jika memikirkan etika jadilah
filsafat etika. (Ahmad Tafsir: 2005)
0 komentar