Pragmatisme Dalam Pendidikan
Pragmatisme Dalam Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Filsuf paragmatisme berpendapat bahwa
pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sekolah
harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman yang akan
memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik. Tujuan-tujuan
pendidikan tersebut meliputi
· Kesehatan yang baik
· Keterapilan-keterampian dan kejujuran dalam
bekerja
· Minat dan hobi untuk kehidupan yag
menyenangkan
· Persiapan untuk menjadi orang tua
· Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif
dengan masalah-masalah sosial
Tambahan tujuan khusus pendidikan di atas
yaitu untuk pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Menurut pragmatisme
pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk
menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan peribadi dan kehidupan
sosial.
2. Kurikulum
Menurut para filsuf paragmatisme, tradisis
demokrasi adalah tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting trdition).
Pendidikan berfokus pada kehidupan yang aik pada masa sekarang dan masa yang
akan datang. Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman
yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Adapun
kurikulum tersebut akan berubah”.
3. Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan
penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving method) serta metode
penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya
(mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan,
bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar
bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar
belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang
dicita-citakan dapat tercapai.
4. Peranan Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan
“menuangkan” pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa
haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme
menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat
merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a. Menyediakan berbagai pengalaman yang akan
memuculkan motivasi. Field trips, film-film, catatan-catatan, dan tamu ahli
merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk memunculkan minat siswa.
b. Membimbing siswa untuk merumuskan batasan
masalah secara spesifik
c. Membimbing merencanakan tujuan-tujuan
individual dan kelompok dalam kelas guna memecahkan suatu masalah
d. Membantu para siswa dalam mengumpulkan
informasi berkenaan dengan masalah.
e. Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang
telah dipelajari, bagaimana mereka mempelajarinya, dan informasi baru yang
ditemukan oleh setiap siswa.
Edward J. Power (1982) menyimpulkan pandangan
pragmatisme bahwa “Siswa merupakan organisme rumit yang mempunyai kemampuan
luar biasa untuk tumbuh, sedangkan guru berperan untuk memimpin dan membimbing
pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan
siswa”.
Callahan dan Clark menyimpulkan bahwa orientasi pendidikan pragmatisme adalah progresivisme. Artinya, pendidikan pragmatisme menolak segala bentuk formalisme yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan sekolah yang tradisional. Anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam berbagai bidang kehidupan.
0 komentar