Pendidikan peserta didik
Pendidikan peserta didik
Berberapa faktor yang dapat memengaruhi perkembangan emosi anak adlah sebagai berikut.
1. Keadaan anak
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun
kekurangan pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan
emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada kepribadian anak.
Misalnya: rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari
lingkunganya.
2. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial
mana yang mereka gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang
perkembangan emosi antara lain:
a. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan
emosinya dalam bentuk perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama
sekali tidak memberi kepuasan.
b. Belajar dengan meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan
emosi orang lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama
dengan orang-orang yang diamati.
c. Belajar dengan mempersamakan diri
Anak meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh
rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi
orang yang ditiru. Disini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan
mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d. Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal
memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi.
Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena
anak kecil kurang menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi
mereka.
e. Belajar dengan bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu
emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi
terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan
dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan
yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan (Fatimah, 2006).
3. Konflik – konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani
fase-fase perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses.
Namun jika anak tidak dapat mengamati konflik-konflik tersebut, biasanya
mengalami gangguan-gangguan emosi.
4. Lingkungan keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai
keluarga mengenai bagaimana anak bersikap dan berperilaku. Keluarga
adalah lembaga yang pertama kali mengajarkan individu (melalui contoh
yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeksplorasi emosinya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak.
Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi,
karena disanalah pengalaman pertama didapatkan oleh anak. Keluarga
merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal (learning and growing) yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan belajar selanjutnya.
Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang emosinya positif, maka perkembangan emosi anak akan
menjadi positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam
mengekspresikan emosinya negatif seperti, melampiaskan kemarahan dengan
sikap agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah,
maka perkembangan emosi anak akan menjadi negatif (Syamsu, 2008).
0 komentar