Politik di Abad Kegelapan
Politik di Abad Kegelapan
Tampaknya, kita hidup di abad kegelapan. Di dalam abad ini, kesempitan berpikir menjadi semangat jaman (Zeitgeist).
Beragam fenomena menggiring kita menuju abad ini, mulai dari perang
tak berkesudahan di Timur Tengah, politik yang semakin semerawut di
Indonesia, gunjang ganjing di Uni Eropa, dan terpilihnya para politikus
fasistik di AS. Amerika selatan pun menyaksikan jatuhnya berbagai
pemerintahan pro rakyat, dan bangkitnya pemerintahan sayap kanan yang
tak peduli pada keadilan sosial.
Abad Kegelapan
Kata abad kegelapan (dark age) diambil dari upaya untuk
menjelaskan apa yang terjadi di Eropa, setelah kekaisaran Romawi Barat
jatuh. Kemiskinan, kebodohan dan fanatisme berkembang biak, seperti anak
kelinci.
Ada empat hal yang kiranya menjadi ciri dari abad kegelapan di awal abad 21 ini. Pertama, irasionalitas menjadi menu sehari-hari di dalam politik dunia.
Kesempitan berpikir dianggap sebagai keutamaan. Kemalasan untuk
bersikap kritis dianggap sebagai watak mulia, dan kepatuhan buta
dianggap sebagai ciri orang bijaksana.
Alhasil, banyak politikus busuk menduduki kursi kekuasaan. Di tangan
mereka, berbagai kebijakan konyol muncul, dan merugikan banyak orang.
Dua, mayoritas menjadi diktator yang menyesatkan. Di banyak
negara, dukungan mayoritas dianggap sebagai kebenaran mutlak yang tak
boleh dipertanyakan.
Padahal, mayoritas kerap kali jatuh pada rayuan media yang seringkali
sesat dan penuh kepentingan kotor. Ketika kebenaran disamakan dengan
suara mayoritas, maka hidup bersama yang beradab pun akan hilang.
Tiga, irasionalitas lalu melahirkan banyak anak busuk
lainnya. Salah satunya adalah fanatisme ideologis. Orang setia pada satu
paham tertentu yang dianggap benar secara mutlak, lalu menyerang dan
bahkan menghancurkan orang-orang yang berbeda paham dengannya.
Ketiga hal ini lalu membentuk faktor keempat, yakni politik
yang dipersempit menjadi politisasi. Ketika segala bidang kehidupan
mengalami politisasi, maka kebusukan hidup bersama adalah buahnya.
Politik dan Politisasi
Politisasi adalah upaya untuk menjadikan suatu hal sebagai
pertarungan kepentingan tidak sehat yang merugikan banyak orang lainnya.
Ini jelas berbeda dengan inti utama dari politik, yakni segala sesuatu
yang terkait dengan banyak orang, sekaligus upaya untuk mewujudkan
berbagai kemungkinan melalui kerja sama.
Politisasi ini terjadi setidaknya di tiga bidang. Yang pertama adalah bidang politik, terutama politik praktis.
Politisasi membuat semua proses politik, seperti pembuatan kebijakan
dan pemilihan kepala daerah, menjadi kotor dan menjijikan. Orang tidak
lagi fokus pada hal-hal yang penting di dalam politik, seperti
kredibilitas dan keterwakilan kepentingan rakyat banyak, melainkan pada
manuver-manuver busuk yang membuat rakyat muak.
Fitnah dan kebohongan lalu menjadi bagian utama politik. Rakyat luas
lalu merasa tak berdaya, dan tinggal menunggu waktu, sampai konflik
berdarah terjadi, karena penderitaan yang tak lagi tertahankan.
Yang kedua adalah bidang ekonomi. Politisasi di bidang
ekonomi berarti pemelintiran segala kebijakan ekonomi demi kepentingan
segelintir pihak tertentu yang kaya dan berkuasa dengan mengorbankan
kepentingan rakyat yang lebih luas.
Ekonomi neoliberalisme yang amat menekankan pasar bebas adalah produk
nyata dari politisasi ekonomi semacam ini. Di dalam model ini, yang
kuat dan kaya akan semakin beruntung, sementara yang sejak awal
kekurangan sumber daya akan semakin terjerumus di dalam kemiskinan
ekonomi.
Dua hal ini pun berpengaruh langsung bidang ketiga, yakni
pendidikan. Politisasi pendidikan mengaburkan inti utama pendidikan yang
luhur dan mulia, serta mengubahnya menjadi sistem pencetak robot-robot
yang patuh buta terhadap tradisi, agama dan trend ekonomi sesaat.
Pendidikan pun kehilangan jiwanya. Yang tersisa adalah pabrik-pabrik
manusia yang menciptakan kecemasan dan penderitaan bagi orang-orang yang
bekerja di dalamnya.
Menanti Fajar Budi
Di dalam sejarah, abad kegelapan justru menjadi titik tolak untuk
perubahan mendasar, yang memicu lahirnya jaman fajar budi, atau
pencerahan. Di masa ini, akal sehat menjadi pedoman hidup manusia, mulai
dari soal hubungan pribadi sampai dengan tata kelola hubungan antar
bangsa.
Kita hanya perlu berteguh untuk melalui abad kegelapan ini, dan tetap
bekerja sama mewujudkan proyek-proyek pencerahan di sekitar kita.
Sampai suatu saat, ketika semua kondisi sudah berjumpa, abad kegelapan
akan tertelan oleh matahari akal sehat, dan kita akan memasuki era baru.
0 komentar