Analisis Filsafat
A. Pendidikan dalam Analisis Filsafat
Masalah pendidikan adalah merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang
bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada
hakikatnya adalah proses yang satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan
sebagaimana dikemukakan oleh Lodge, yaitu bahwa: “life is
education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses
hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman
sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya. Dalam
artinya yang sepit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh,
yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam
situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Bagaimanapun luas sempitnya
pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang
berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan
usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaanya, dalam
membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi mu, agar nantinya menjadi manusia yang sadar
dan bertanggung jawab akan tugas-tugasnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat
hakikat dan ciri-ciri kemanusiannya dan pendidikan formal di sekolah hanya
bagian kecil saja dari padanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitannya
dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.
Dengan pengertian pendidikan yang
luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas
pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang
diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang
sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak
pula pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan
mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya.
Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin
terjawabdengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan
analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat
dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1. Masalah kependidikan pertama
yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan
itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan
bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.
Apakah
pendidikan itu berguna untuk membawa kepribadian manusia, apakah
potensikereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, atau faktor-faktor
yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai
potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidikan dan
lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.
2. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan
itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masayarakat.
Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk
pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semata-mata unuk dan demi
kehidupan riel dan materil di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di
akhirat yang kekal
Masalah-masalah tersebut merupakan
sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya
memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa
filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut,
Analisa filsafat menggunakan
berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Diantara pendekatan
(approach) yang digunakan antara lain:
- Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membeyangkan dan menggambarkan.
- Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
- Pendekatan analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecendrungan masing-masing.
- Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current life ) penedekatan ini sasarannya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual , yang menjadi problem masa kini, dengan menggunakan metode ilmiah dapat di diskripsikan dan kemudian di pahami permasalan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masayrakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
B.
Pendekatan Filosofi dalam Pemecahan Masalah Pendidikan
1.
Pendekatan filosofis adalah cara
pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau
hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya. Dengan kata lain, pendekatan
filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan apa dibalik
sesuatu yang nampak.
2.
Pendekatan filosofis untuk
menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek kehidupan manusia,
termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan baru,
melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi.
John Dewey (1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teori umum tentang
pendidikan. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir akan menjawab
persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban
filosofis pula.
3.
Filsafat pendidikan sebagai filsafat
terapan, yaitu studi tentang penerapan asas-asas pemikiran filsafat pada
masalah-masalah pendidikan pada dasarnya mengenal dua pendekatan yang
polaritis, yaitu
4
Pendekatan tradisional,
5
Pendekatan progresif.
Pengertian masing-masing
pendekatan dan variasi pendekatan daripadanya dan aliran-aliran filsafat pendidikan
dihasilkannya akan dijelaskan di bawah ini:
1.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional dalam
Filsafat pendidikan melandaskan diri pada asas-asas sebagai berikut:
1)
Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga untuk mempelajari
filsafat pendidikan haruslah memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat.
2)
Bahwa kenyataan yang esensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap, kekal
dan abadi.
3)
Bahwa nilai norma yang benar adalah nilai yang absolut, universal dan obyektif.
4)
Bahwa tujuan yang baik dan benar menenukan alat dan sarana, artinya tujuan yang
baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
5) Bahwa faktor
pengembang sejarah atau sosial (science, technology, democracy dan industry)
adalah sarana alat untuk prosperity of life dan bukannya untuk welfare of life
sebagai tujuan hidup dan pendidikan sebagaimana yang ditentukan oleh filsafat.
2.
Pendekatan Progresif
Sebagai penghujung yang lain dari
pendekatan di atas dan dari kontinuitas aliran filsafat pendidikan adalah
pendekatan progresif kontemporer dengan dasar-dasar pemikiran sebagai berikut:
1)
Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat sosial humanisme
ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transendental.
2)
Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang esensial adalah
kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.
3) Bahwa truth is
man-made, artinya kebenaran dan kebajikan itu adalah kreasi manusia, dengan
sifatnya yang relatif temporer bahkan subyektif.
4) Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan
pendidikan relatif ditentukan oleh perkembangan tenaga pengembang sosial dan
manusia, yang merupakan sumber perkembangan sosial masyarakat.
5) Bahwa antara tujuan
dan alat adalah bersifat kontinu, bahwa tujuan dapat menjadi alat untuk tujuan
yang lebih lanjut sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.
C. Hubungan
Filsafat dan Teori Pendidikan
Hubungan
antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar,
arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.
filsafat pendidikan
merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya
untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan
nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai.
Sebagaimana
telah di kemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan
dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah-masalah
kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, analisa
filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan tersebut, dengan berbagai cara
pendekatannya, akan dapat menghasilkan pendangan-pndangan tertentu mengenai
masalah-maslah kependidikan bisa
tersebut. Dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori
pendidikan . disamping itu jawaban-jawaban yang telah di kemukakan oleh jenis
dan aliran filsafat tertentusepanjang sejarah terhadap problematika kehidupanyg
dihadapinya menunjukkan pandangan-pandangan tertentu yang tentunya juga akan
memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional
antara filsafat dan teori pendidikan
Hubungan
fungsional antara filsafat dan teori pendidikan teori pendidikan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.
Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara
Pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan
problematika pendidikan dan menyusun teori- teori pendidikannya, disamping
menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat,
sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme,
realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli
pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran
filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas
dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan pandangan-
pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang
dianutnya.
2.
Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya
mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping
itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan
filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,
dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak
fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan
teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut,
yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari
masyarakat.
3.
Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi
ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan
diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan
menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula.
Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.
Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap
data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat
disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan
berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).
Di samping
hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga
terdapat hubungan yang bersifat suplementer sebagai berikut:
a) Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan
tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi
hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b)
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang
meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi
pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi
dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan
yaitu, filsafat pendidikan dan system atau teori pendidikan, dan hubungan
antara keduanya adalah bahwa yang satu “supplemen” terhadap yang lain dan
keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai
pengajar di bidang studi tertentu”.
D.
Pentingnya Filasafat dalam Ilmu Pendidikan
Terdapat cukup alasan yang baik untuk
belajar filsafat, khususnya apabila ada pertanyaan-pertanyaan rasional yang
tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu.
Misalnya: apakah yang dimaksud dengan pengetahuan, dan/atau ilmu? Dapatkah kita
bergerak ke kiri dan kanan di dalam ruang tetapi tidak terikat oleh waktu? Masalah yang dibahas
dalam makalah ini adalah sekitar pendidikan dan ilmu
pendidikan.
Landasan filsafat
pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan “kacamata”
yang dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh
karena itu maka ia harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat,
sejarah dan teori pendidikan, psikologi, sosiologi, antropologi atau disiplin
ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta
pendekatan-pendekatannya kepada kerangka konseptual kependidikan. Pedagogik
bersifat filosofis dan empiris. Berfikir filosofis pada satu sisi dan di pihak
lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama.
Pedagogik mewujudkan teori tindakan yang didahului dan diikuti oleh berfikir
filosofis. Dalam berfikir filosofis tentang data normative pedagogic didahului
dan diikuti oleh oleh pengalaman dan penyelesaikan empiris atas fenomena
pendidikan. Itulah fenomena atau gejala pendidikan secara mikro.
Tetapi ilmu pendidikan harus sedapat mungkin melakukan pengumpulan datanya sendiri langsung dari fenomena pendidikan, baik oleh partisipan-pengamat (ilmuwan) ataupun oleh pendidik sendiri yang juga biasa melakukan analisis apabila situasi itu memaksanya harus bertindak kreatif. Tentu saja untuk itu diperlukan prasyarat penguasaan atas sekurang-kurangnya satu ilmu Bantu yaitu filsafat umum.
Tetapi ilmu pendidikan harus sedapat mungkin melakukan pengumpulan datanya sendiri langsung dari fenomena pendidikan, baik oleh partisipan-pengamat (ilmuwan) ataupun oleh pendidik sendiri yang juga biasa melakukan analisis apabila situasi itu memaksanya harus bertindak kreatif. Tentu saja untuk itu diperlukan prasyarat penguasaan atas sekurang-kurangnya satu ilmu Bantu yaitu filsafat umum.
Kajian Filsafat Ilmu Pendidikan
Baiklah sekarang kita lihat dasar-dasaar filsafah keilmuan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan.
1. Kajian ontologis ilmu pendidikan
Pertama-tama panda latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapokan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya).
2. Kajian epistemologis ilmu pendidikan
Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun telaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin stui empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.
Karena penelitian
tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen,
1982) melainkan unuk mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang
fenomen pendidikan maka validitas internal harus dijaga betul dalm berbagai
bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental,
penelitian tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti
dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskaan
objek formalnya, telaah ilmu pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan
melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom
yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak
dapat hnya menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell
& Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan
secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau
pragmatis (Randall &Buchler,1942).
3. Kajian aksiologis
ilmu pendidikan
Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Implikasinya ialah bahwa ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu perilaku kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990).
Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Implikasinya ialah bahwa ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu perilaku kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990).
4. Kajian antropologis ilmu pendidikan
Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada pihak yang belakangan dalaam upaayanya belajr mencapai kemandirian dalam batas-batas yang diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal tidak hanya (1) sosialitas (2) individualitas (3) moralitas dasar antropologis (4) religiusitas.
Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena
pendidikan
Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogic (teoritis) adalah ilmu yang
menyusun teori dan konsep yang praktis serta positif sebab setiap pendidik
tidak boleh ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-raguan prinsipil. Hal ini
serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro dan makro. Seperti kedokteran,
ekonomi, politik dan hukum. Oleh karena itu pedagogic (dan telaah pendidikan
mikro) serta pedagogic praktis dan andragogi (dan telaah pendidikan makro)
bukanlah filsafat pendidikan yang terbatas menggunakan atau menerapkan telaah
aliran filsafat normative yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih
diperlukan ialah penerapan metode filsafah yang radikal dalam menelaah hakikat
peserta didik sebagai manusia seutuhnya.
Implikasinya
jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu pendidikan haruslah
sekurang-kurangnya secara mikro mencakup :
Relasi esame manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person
relationship)
Pentingnya ilmu pendidikan memepergunakan metode fenomenologi secara
kualitatif.
Orang dewasa yang berpran sebagai pendidik (educator)
Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student)
Tujaun pendidikan (educational aims and objectives)
Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan
Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution)
Itulah lingkup pendidikan yang mikroskopis sebagai hasil telaah ilmu murni ilmu
pendidikan dalam arti pedagogic (teoritis dan sistematis). Mengingat pendidikan
juga dilakukan dalam arti luas dan makroskopis di berbagai lembaga pendidikan formal
dan non-formal, tentu petugas tenaga pendidik di lapangan memerlukan masukan
yang berlaku umum berupa rencana pelajaran atau konsep program kurikulum untuk
lembaga yang sejenis. Oleh karena itu selain pedagogic praktis yang menelaah
ragam pendidikan diberbagai lingkungan dan lembaga formal, informal dan
non-formal (pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas, dengan begitu, batang
tubuh diatas tadi diperlukan lingkupnnya sehingga meliputi:
Konteks sosial budaya (socio cultural contexs and education)
Filsafat pendidikan (preskriptif) dan sejarah pendidikan (deskriptif)
Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan
lainnya yang bersifat preskriptif.
Berbagai studi empirik tentang fenomena pendidikan
Berbagai studi pendidikan aplikatif (terapan) khususnya mengenai pengajaran
termasuk pengembangan specific content pedagogy.
Sedangkan
telaah lingkup yang makro dan meso dari pendidikan, merupakan bidang telaah
utama yang memperbedakan antara objek formal dari pedagogic dari ilmu
pendidikan lainnya. Karena pedagogic tidak langsung membicarakan perbedaan
antara pendidikan informal dalam keluarga dan dalam kelompok kecil lainnya.,
dengan pendidikan formal (dan non formal) dalam masyarakt dan negara, maka hal
itu menjadi tugas dari andragogi dan cabang-cabang lain yang relevan dari ilmu
pendidikan. Itu sebabnya dalam pedagogic terdapat pembicaraan tentang factor
pendidikan yang meliputi : (a) tujuan hidup, (b) landasan falsafah dan yuridis
pendidikan, (c) pengelolaan pendidikan, (d) teori dan pengembangan kurikulum,
(e) pengajaran dalam arti pembelajaran (instruction) yaitu pelaksanaan
kurikulum dalam arti luas di lembaga formal dan non formal terkait.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan adanya kebenaran dalam memecahkan
permasalahan/kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah salah satu dari suatu
proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti kematangan, integritas
atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian muslim.
Jadi
filsafat dan pendidikan ini saling
berhubungan. Keduanya menjadi arah, dasar, dan pedomam suatu kehidupan. Masalah
pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pendekatan
filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan
inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya.
Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia
menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan
B. Saran
Semoga
dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai modal dalam
mempelajafi filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap penentuan
hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik, pendidikan,
ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat
berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan medernisasi.
DAFTAR
PUSATAKA
Ahmadi,
Drs.H,Abu, Ilmu Pendidikan , Rineka Cipta, Cetakan kedua,Jakarta 2001.
Desniarti, Makalah Falsafah
Sains (PPs 702), Program
Pasca Sarjana / S3, Institut
Pertanian Bogor,
Maret
2002
http://kresinda.blogspot.com/2012/04/hubungan-filsafat-dengan-filsafat.html
http://pendidikanadministrasi.blogspot.com/2012/01/filsafat-dan-teori-pendidikan.html
Ihsan, hamdani dan Ihsan fuad. filsafat
pendidikan islam. Bandung. Pustaka Setia.2001
Langeveld,
MJ, (l955), Pedagogik Teoritis
Sistematis (terjemahan), Bandung, Jemmars
Mudyahardjo,
Drs, Redja, Filsafat Ilmu Pendidikan, ROSDA, Cetakan kedua, Bandung 2002.
Mudhaharjo,
Redjo, Pengantar Pendidikan ,Rajawali Pres,Jakarta 2002
Nunu Heryanto,Makalah Falsafah
Sains (PPs 702), Program
Pasca Sarjana / S3, Institut
Pertanian Bogor,
Maret
2002
Zuhairini.filsafat pendiikan islam.
Jakarta. Bumi Askara. 2009
0 komentar