ASUMSI DAN IMPLIKASI DARI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN
ASUMSI
DAN IMPLIKASI DARI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN
AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
Abstrak tulisan
ini membahas tentang asumsi dan implikasi dari filsafat ilmu terhadap
pendidikan Filsafat ilmu yang merupakan bagian dari filsafat yang menjawab
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu, bidang ini mempelajari dasar-dasar
filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu yang didalamnya terdapat ilmu alam dan
ilmu sosial. Disini, filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistemologi dan
ontology. Filsafat ilmu berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah seperti: apa
dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai
ilmiah,bagaimana onsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan
validitas dari sebuah informasi. Formulasi dan penggunaan metode ilmiah,
macam-macam penalaran yang dapat digunakan dalam kesimpulan, serta implikasi
metode dan model ilmiah terhdap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Kata Kunci: Asumsi Filsafat, pendidikan
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat
dalam pendidikan (Kneller,1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena
masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang
dibatasi pengalaman, tetapi pada masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam
serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta
pendidikan,dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang pendidik baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan tentu
perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak
boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan akan
senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu dan
masyarakat luas baik yang menyelenggarakan pendidikan maupun tidak. Tujuan
pendidikan perlu dipahami hubunganya
dengan tujuan hidup. Pendidik sebagai pribadi memiliki tujuan tujuan hidup dan
pendidik sebagai warga masyarakat pasti memiliki tujuan hidup dalam hidup
bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
pendidik atau guru dan hal tersebut akan mewarnai sikap prilakunya dalam
mengelola proses belajar mengajar. Selain itu pemhaman filsfat ilmu dalam
pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba
tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah.
PEMBAHASAN
Sebelum
berbicara pada apa itu asumsi dari filsafat dan bagaimana implikasi dari
filsafat itu sendiri, maka kita akan memahami terlebih dahulu mengenai ontology
dalam filsafat. Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling
kuno dan berasal dari Yunani . studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat kongkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologism dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada
masanya,kebanyakan banyak orang belum membedakan antara penampakan dengan
kenyataan. Ontologis secara ringkaas membahas realitas atau suatu entitas
dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontology berarti membahas kebenaran
suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontology memerlukan proses
bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenaranya. Untuk itu proses tersebut
memerlukan pola piker yang didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan
sebagai dasar pembahasan realitas. Menurut Hornby(1974) filsafat adalah suatu
sistem pemikiran yang terbentuk dari pencarian pengetahuan tentang pengetahuan
dan makna kemajuan dan eksistensi. Filsafat dapat dijadikan juga sebagai sistem
keyakinan umum yang terbentuk dari kajian dan pengetahuan tentang asas-asas
yang menimbulkan, mengendalikan atau menjelaskan fakta dan kejadian. Secara
ringkas dengan demikian filsafat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
makna.Honbry menyatakan pula bahwa pengetahuan ialah keseluruhan hal yang
diketahui, yang membentuk persepsi yang jelas mengenai kebenaran dan fakta.
Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang diatur dan di klasifikasikan secara
tertib.
A.
Asumsi
Filsafat dalam Pendidikan
Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi
diperlukan untuk mengatasipenelaahan suatu permasalahan menjadi lebar, semakin
terfokus, obyek telaah suatu bidang kajian semakin memerlukan asumsi yang lebih
banyak. Asumsi dapat dikatakan sebagai latar belakang intelektual suatu jalur
pemikiran dan dapat pula diartikan sebagai gagasan primitif atau gagasan tanpa
penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian.
Asumsi diperlukan untuk menyuratkan yang tersirat . McMullin menyatakan hal
yang paling mendasar yang harus ada dalam ontology suatu ilmu pengetahuan
dalam menentukan asumsi pokok keberadaan
suatu obyek sebelum melakukan penelitian. Sebuah contoh asumsi yang baik adalah
pada pembukaan UUD 1945 “kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa “ “penjajah diatas
bumi …tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” tanpa asumsi-asumsi
ini, semua pasal UUD 1945 menjadi tidak bermakna.
Apakah suatu hipotesis merupakan sebuah asumsi? Ya,
jika diperiksa kebelakang maka hipotesis merupakan asumsi . jika diperiksa
kedepan hipotesis merupakan kesimpulan. Untuk memahami hal ini dapat dibuat
suatu pernyataan “Bawalah paying agar pakaianmu tidak basah waktu sampai
kesekolah” asumsi yang digunakan adalah hujan akan jatuh ditengah perjalanan
menuju sekolah. implikasinya yakni memakai payung akan menghindarkan pakaian
kebasahan karena hujan. Dengan demikian asumsi menjadi masalah yang penting
dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan dalam menggunakan asumsi akan
berakibat dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani
tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis.
Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur
penalaran yang sedikit atau bahkan hampa fakta atau data. Terdapat beberapa
jenis asumsi yang dikenal yakni: aksioma pernyataan yang disetujui umum tanpa
memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktiknya sendiri. Postulat
merupakan asumsi yang meminta persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu
fakta yang hendaknya diterima begitu saja sebagaimana adanya premise. Pangkal
terdapat dalam suatu entimemn. Pertanyaan yang penting yang terkait dengan
asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat? Untuk menjawab
permasalahan ini perlu tinjauan daria awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga
karakteristik menurut Junjung,2005.
1)
Deterministik
Paham determinisme
dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes
(1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang
dicerminkan oleh zat dan gerak universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan
dari paham fatalism yang berpendapat bahwa setiap kejadian ditentukan oleh nsib
yang telah ditentukan terlebih dahulu.
2)
Pilihan
Bebas
Manusia memiliki
kebebasan dalam menentukan pilihanya tidak terikat pada hokum yang memberikan
alternative. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial.
Sebagai missal “ tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melabangkan suatu
kebahagiaan”. Masyarakat materialistik menunjukan semakin banyak harta maka
hidup akan emakin bahagia, tetapi dibelahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku
primitive bisa jadi bisa jadi jika mampu diartikan melestarikan budaya
animismenya.
3)
Probablistik
Pada filsafat
probablistik, kecendrungan keumuman dikenal memang ada, namun sifatnya berupa
peluang. Sesuatu akan berlaku deterministic dengan peluang tertentu.
Probablistik menunjukan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat
determenistik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan
modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak digunakan.
Dalam menentukan suatu
asumsi dalam perspektif filsafat,permasalahan utamanya adalah mempertanyakan
pada diri sendiri apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat
kecendrungan sekiranya menyambung pada hokum kejadian yang berlaku bagi seluruh
manusia, maka harus bertitik tolak pada paham determniistik.sekiranya yang
dipilih adalah hokum kejadian yang bersifat khas bagi setiap individu manusia
maka akan dipergunakan asumsi pilihan bebas. Diantara kutub Deterministik dan
pilihan bebas, penafsiran probablistik merupakan jalan tengahnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari
jurnal ini bahwa asumsi sangat penting terhadap dunia pendidikan. Setiap ilmu
selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasipenelaahan suatu
permasalahan menjadi lebar, semakin terfokus, obyek telaah suatu bidang kajian
semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan sebagai
latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran dan dapat pula diartikan
sebagai gagasan primitif atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk
menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk
menyuratkan yang tersirat. Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif
filsafat,permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada diri sendiri apakah
sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecendrungan sekiranya
menyambung pada hokum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus
bertitik tolak pada paham determniistik.sekiranya yang dipilih adalah hokum
kejadian yang bersifat khas bagi setiap individu manusia maka akan dipergunakan
asumsi pilihan bebas. Diantara kutub Deterministik dan pilihan bebas,
penafsiran probablistik merupakan jalan tengahnya.
0 komentar