ASUMSI DAN IMPLIKASI DARI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN

By 23.09



ASUMSI DAN IMPLIKASI DARI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

ABSTRAK
Abstrak tulisan ini membahas tentang asumsi dan implikasi dari filsafat ilmu terhadap pendidikan Filsafat ilmu yang merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu, bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu yang didalamnya terdapat ilmu alam dan ilmu sosial. Disini, filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistemologi dan ontology. Filsafat ilmu berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,bagaimana onsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan validitas dari sebuah informasi. Formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan dalam kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhdap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Kata Kunci: Asumsi Filsafat, pendidikan

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller,1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi pada masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan,dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang pendidik baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan tentu perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan akan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu dan masyarakat luas baik yang menyelenggarakan pendidikan maupun tidak. Tujuan pendidikan perlu dipahami  hubunganya dengan tujuan hidup. Pendidik sebagai pribadi memiliki tujuan tujuan hidup dan pendidik sebagai warga masyarakat pasti memiliki tujuan hidup dalam hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik atau guru dan hal tersebut akan mewarnai sikap prilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar. Selain itu pemhaman filsfat ilmu dalam pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah.

PEMBAHASAN
Sebelum berbicara pada apa itu asumsi dari filsafat dan bagaimana implikasi dari filsafat itu sendiri, maka kita akan memahami terlebih dahulu mengenai ontology dalam filsafat. Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani . studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologism dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya,kebanyakan banyak orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Ontologis secara ringkaas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontology berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontology memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenaranya. Untuk itu proses tersebut memerlukan pola piker yang didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Menurut Hornby(1974) filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang terbentuk dari pencarian pengetahuan tentang pengetahuan dan makna kemajuan dan eksistensi. Filsafat dapat dijadikan juga sebagai sistem keyakinan umum yang terbentuk dari kajian dan pengetahuan tentang asas-asas yang menimbulkan, mengendalikan atau menjelaskan fakta dan kejadian. Secara ringkas dengan demikian filsafat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu makna.Honbry menyatakan pula bahwa pengetahuan ialah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi yang jelas mengenai kebenaran dan fakta. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang diatur dan di klasifikasikan secara tertib.


A.    Asumsi Filsafat dalam Pendidikan
Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasipenelaahan suatu permasalahan menjadi lebar, semakin terfokus, obyek telaah suatu bidang kajian semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan sebagai latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran dan dapat pula diartikan sebagai gagasan primitif atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan yang tersirat . McMullin menyatakan hal yang paling mendasar yang harus ada dalam ontology suatu ilmu pengetahuan dalam  menentukan asumsi pokok keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian. Sebuah contoh asumsi yang baik adalah pada pembukaan UUD 1945 “kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa “ “penjajah diatas bumi …tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” tanpa asumsi-asumsi ini, semua pasal UUD 1945 menjadi tidak bermakna.
Apakah suatu hipotesis merupakan sebuah asumsi? Ya, jika diperiksa kebelakang maka hipotesis merupakan asumsi . jika diperiksa kedepan hipotesis merupakan kesimpulan. Untuk memahami hal ini dapat dibuat suatu pernyataan “Bawalah paying agar pakaianmu tidak basah waktu sampai kesekolah” asumsi yang digunakan adalah hujan akan jatuh ditengah perjalanan menuju sekolah. implikasinya yakni memakai payung akan menghindarkan pakaian kebasahan karena hujan. Dengan demikian asumsi menjadi masalah yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan dalam menggunakan asumsi akan berakibat dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampa fakta atau data. Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal yakni: aksioma pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktiknya sendiri. Postulat merupakan asumsi yang meminta persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima begitu saja sebagaimana adanya premise. Pangkal terdapat dalam suatu entimemn. Pertanyaan yang penting yang terkait dengan asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat? Untuk menjawab permasalahan ini perlu tinjauan daria awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga karakteristik menurut Junjung,2005.
1)                  Deterministik
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalism yang berpendapat bahwa setiap kejadian ditentukan oleh nsib yang telah ditentukan terlebih dahulu.
2)                    Pilihan Bebas
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihanya tidak terikat pada hokum yang memberikan alternative. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai missal “ tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melabangkan suatu kebahagiaan”. Masyarakat materialistik menunjukan semakin banyak harta maka hidup akan emakin bahagia, tetapi dibelahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitive bisa jadi bisa jadi jika mampu diartikan melestarikan budaya animismenya.
3)                    Probablistik
Pada filsafat probablistik, kecendrungan keumuman dikenal memang ada, namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministic dengan peluang tertentu. Probablistik menunjukan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat determenistik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak digunakan.

Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat,permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada diri sendiri apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecendrungan sekiranya menyambung pada hokum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham determniistik.sekiranya yang dipilih adalah hokum kejadian yang bersifat khas bagi setiap individu manusia maka akan dipergunakan asumsi pilihan bebas. Diantara kutub Deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probablistik merupakan jalan tengahnya.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari jurnal ini bahwa asumsi sangat penting terhadap dunia pendidikan. Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasipenelaahan suatu permasalahan menjadi lebar, semakin terfokus, obyek telaah suatu bidang kajian semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan sebagai latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran dan dapat pula diartikan sebagai gagasan primitif atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan yang tersirat. Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat,permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada diri sendiri apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecendrungan sekiranya menyambung pada hokum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham determniistik.sekiranya yang dipilih adalah hokum kejadian yang bersifat khas bagi setiap individu manusia maka akan dipergunakan asumsi pilihan bebas. Diantara kutub Deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probablistik merupakan jalan tengahnya.





You Might Also Like

0 komentar