RAHASIA MENJADI GURU IDAMAN
“Betapa
bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya.
Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur
katanya ditaati, dan kepergiannya ditangisi.”
Beberapa
hari sebelum mengajar, saya menyiapkan semua peralatan yang akan dipakai untuk
mengajar besok, dari mulai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, materi ajar, dan
media pembelajaran yang sudah saya buat dari jauh-jauh hari. Tak bisa
dipungkiri saya sangat degdegan mengingat besok akan mengajar karena ini
pertama kalinya saya benar-benar mengajar seharian full 4 kali pertemuan pada
kelas 6B dengan menggunakan kurikulum 2013. Tapi kemudian saya berpikir ini
adalah cara pengenalan untuk merasakan menjadi guru. Bagaimana menjadi guru
sesungguhnya? Saat ini masih jadi “guru-guruan” juga masih harus banyak
belajar.
Saat
ini, terbentang dalam pikiran saya bagaimana menjadi guru sesungguhnya,
terlebih lagi sudah ada seseorang yang mendampingi dan ada buah hati? Terbayang
jelas, harus membangunkan suami, anak, kemudian menyiapkan keperluan,
membereskan rumah, memasak, memandikan anak, menyiapkan kebutuhan anak ke
sekolah. Saya yang masih mengurusi badan sendiri saja masih belum bisa
seperti mereka. Ini masih berada dalam Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran rasanya semeraut mengatur waktu antara kuliah dan organisasi,
dan pada titik akhir, sekali lagi saya kagum kepada para guru yang sudah
berkeluarga dan masih tulus mengabdikan diri untuk mendidik anak di sekolah salah
satunya adalah Ibu Yayah selaku wali kelas 6B yang menjadi panutan saya.
Oke,
dan bahagianya saat ini saya bisa
menyampaikan kisah beberapa hari yang telah saya lalui di SD Negeri Cipocok
Jaya 1. Alhamdulillah, sejauh hari yang saya lalui sungguh membahagiakan dapat
sering berceloteh dengan anak-anak setiap harinya, sungguh membahagiakan. Entah,
apa yang membuat kelas 6B begitu sering menanyakan “Kapan ibu, ke kelas saya
lagi?” tak hanya satu orang banyak yang mengatakanya dan sungguh, lantunan
syukur saya haturkan kepada pemilik cinta, karena peluh dan jarak yang lumayan
menguras tenaga bisa terobati.
Baik,
mungkin masih ada yang bertanya-tanya termasuk saya juga. Apa sih mengajar itu?
Bagaimana caranya? dan apa pengaruhnya bagi siswa? dan apa bisa membuat siswa
menanti nanti mata pelajaran anda? Baik, Para pembaca kali ini para calon guru
kan? atau iseng? atau sudah menjadi guru? Tepat sekali jika membaca artikel
saya ini. Kali ini saya menuliskan tentang pengalaman saya setelah beberapa
kali mengajar di SD Negeri Cipocok Jaya 1 pada kelas 6B dan dipadukan dengan
beberapa sumber yang saya baca.
Guru
Menurut Undang
- undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Mengajar merupakan salah satu komponen dari
kompetensi-kempetensi guru. Guru dituntut dapat memberi pelayanan terbaik untuk
mengajar peserta didik. Dalam implementasinya, guru memiliki peran penting
dalam upaya menanamkan pengetahuan kepada siswa dengan cara-cara yang kreatif
dan inovatif. Metode pengajaran memang sangat bervariasi, namun seiring
perkembangan zaman, metode pengajaran harus dikembangkan dan harus selalu up
to date.
Jiwa Seni dan Hypnoteaching
Mengapa
dalam artikel yang sederhana ini saya beri judul rahasia menjadi guru idaman? Karena
berdasarkan pengalaman yang saya temuai dilapangan, selain memilki kemampuan di
bidang akademis, pertama guru juga harus memiliki jiwa seni dalam
mengajar. Dengan demikian, para guru akan selalu berupaya menyajikan proses
pengajaran yang kreatif, inovatif dan selalu berpikir divergen agar mampu
menciptakan suasana baru dalam mengajar. Dengan kegiatan yang ‘baru’
diharapkan mampu mencuri perhatian dan menstimulasi peserta didik untuk aktif
belajar dalam kegiatan di kelas. Kedua memiliki
kemampuan Hypnoteaching,
dimana banyak sekali para pakar yang
mendefinisikan arti dari hypnoteaching, definisi hypnoteaching menurut menurut
buku yang saya baca adalah seni
berkomunikasi dengan alam bawah sadar sang murid, sehingga menciptakan rasa
damai dan menyenangkan dalam pelajaran yang kita ajarkan.
Dapat
dikatakan bahwa guru yang sedah mengajar didepan kelas itu sebagai tontonan
bagi peserta didik. Untuk itu, menarik tidaknya seorang guru bergatung
dari ‘pertunjukan’ yang sedang ia buat di depan kelas. Peserta
didik akan menilai bahwa ‘pertunjukan ‘ yang menyenangkan, menarik, dan
stimulatif akan membuat mereka menjadi antusias dan senang untuk belajar.
Pada
zaman dulu para wali mengajarkan atau menyebarkan agama islam dengan
mementaskan pertunjukan wayang yang di dalam ceritanya memuat pesan-pesan
moral, saya rasa ini masih relevan dengan metode pengajaran yang patut
dicontoh. Namun zaman telah berubah, perkembangan teknologi semakin
masiv. Teknologi kian menyebar disetiap lini kehidupan manusia. Dengan
demikian, fenomena ini juga berimplikasi pada sektor pendidikan salah satunya
mempengaruhi cara pengajaran yang sedang kita terapkan untuk tetap koheren
dengan kebutuhan zaman.
Kini
kita hidup di abad 21 dimana abad yang jauh berbeda dengan jamannya
wali songo. Kita dituntut harus adaptif sesuai dengan perkembangan zaman. Era
digital ini memang mutlak harus menjadi kewajiban para guru untuk mengembangkan
cara mengajar yang lebih kreatif dan efesien. Banyaknya teknologi media
memberi implikasi pada cara pengajaran yang harus di up grade oleh guru
era baru ini.
Jika
merujuk tulisan dari Iwan Pranoto yang berjudul Berjuang di Pendidikan 2.0
menurutnya saat ini merupakan era teknologi informasi, Internet 2.0 yang
ditandai dengan keadaan saat masyarakat bukan lagi sebagai penyerap informasi
pasif belaka, tetapi juga sebagai sumber informasi. Jaring sosial semacam
Facebook, Twitter, YouTube, Slideshare, Wikis, dsb merupakan ilustrasi yang
tepat atas esensi Internet 2.0. Berbagai situs ini sebenarnya tak menguasai
informasi, tetapi penggunanya justru yang membagikan informasinya. Dengan
demikian, jika di Pendidikan 1.0 siswa menyerap pengetahuan dari guru, di
Pendidikan 2.0 siswa saling membagikan pengetahuannya. Dengan ketersediaan
jaringan Internet, Pendidikan 2.0 ini sangat cepat menjamur dan mewabah ke seluruh
penjuru dunia. Guru dan pesera didik sekarang saling mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Guru Idaman
Sangat
menyenangkan bukan? jika anda menjadi guru idaman? Nah sebelum kita
menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus mau dan mampu menyamakan
frekuensi antara dirinya dengan siswa (building rapport) sehingga
komunikasi dalam proses KBM menjadi lebih kondusif dan efektif. Oleh karena itu
sebelum guru meminta siswa untuk membuka mindset yang berorientasi kepada
prestasi, guru harus mau membuka mindsetnya terlebih dahulu, agar berorientasi
kepada prestasi siswa dengan metode andragogi.
Berikut
ini merupakan contoh kasus building Raport Dalam mengawali sebuah kegiatan
pembelajaran, kita bisa membedakan setelah ini bagaimana perasaan kita jika kita
menjadi muridnya.
Kasus
1 :
· Guru : "Selamat pagi anak-anak,
pagi ini kita awali dengan doa seperti biasa, nah anak-anak sekarang kita akan
belajar bahasa inggris, seperti yang sudah kita ketahui, bahasa inggris itu sangat
susah sekali ada beberapa pola kalimat yang tentunya harus kita hapal
dengan susah, sampai sekarang pun bapak susah menghafalnya.
· Siswa :
"(#$@#$#@%^&%$#@)" (seketika terhipnotis dengan kata-kata siguru
dan akan menjadi momok setiap ketemu b.inggris)
Kasus 2 :
· Guru
: (dengan sumringah dan senyum semangat) " ya! selamat pagi anak-anak!,
pagi yang cerah seperti semangat kalian yang hebat, bapak menjadi lebih
semangat lagi. yes?? pagi ini kita akan belajar bahasa inggris dengan cara yang
sangat menyenangkan dan mudah kita pahami. oke?
· Siswa
: " yeeeessss siiir"
· Guru
: (beri feed back) "youre great!" (seketika suasana kelas menjadi
keren dan canggih)
4
Elemen yang Perlu Diperhatikan
1.
Konsentrasi
Baik guru maupun siswa harus
konsentrasi dalam pengajaran. Ada banyak cara untuk mengajak siswa
berkonsentrasi dan fokus kepada guru dan materi pelajaran, alah satunya dengan
teknik focus attention statement. Misalnya saat proses belajar
berlangsung, dan tiba-tibakipas angin di kelas mati, sudah pasti suasana kelas
menjadi gaduh, akibatnya siswa kepanasan dan tidak konsentrasi.
Salah satu upaya guru yang bisa
dilakukan adalah menggunakan teknik focus attention statement. Contohnya
“ anak-anak biarkan saja suasananya seperti ini, anggap saja kalian sedang
menonton konser Raisa, bayangkan & rasakan saja saat kalian melihat konser
mereka, penuh sesah, pengap, tapi tetap asyik. Kalo kalian benar-benar “gaul”,
pasti kalian pernah menonton konser dan tahu bagaimana rasanya saat menonton
konser..ya seperti ini..dan biarkan kallian kini menjadi lebih fokus….kepada
saya..”
2. Relaksasi
Relaksasi ini sangat diperlukan agar
siswa menjadi lebih tenang dan nyaman, karena saat dalam kondisi ini, gelombang
otak siswa berada pada posisi Alpha (14cps - 7 cps), kondisi dimana mereka
menjadi lebih relaks dan sugestif saat menerima materi pengajaran dari guru.
Contoh kalimat yang bisa digunakan oleh guru “ Anak-anak silahkan atur duduk kamu dengan nyaman, tegakkan tulang punggung, lalu ambillah nafas yang dalam dari hidung dan buang perlahan lewat mulut, dan katakan WOW !”
3. Instalasi
Maksud dari Instalasi disini adalah
komunikasi yang dilakukan guru saat memberikan materi pelajaran dan sugesti
kepada siswa. Agar sugesti menjadi efektif, ada 3 hal yang harus lakukan oleh
guru, yaitu :
o
Gunakan kalimat yang sederhana dan mudah diingat
o
Gunakan kalimat yang terjadi sekarang (present
tense)
o
Fokus kepada tujuan, hindari negative statement.
Contohnya
hindari kata :tidak, jangan, bukan, dilarang, tapi, dll. Contoh dalam
perintah “kamu jangan mencontek”
o
Intonasi
Gunakan
intonasi yang tepat saat berbicara, guru harus memahami dan memperhatikan ritme
berbicara. Karena dalam ilmu komunikasi efektif, intonasi memiliki peran 38%
untuk memasukkan sugesti ke alam bawah sadar siswa
4. Repetisi
Tidak jarang suasana di kelas begitu
ramai dan siswa tidak fokus kepada apa yang di kelaskan oleh guru, oleh karena
itu saat guru melakukan presentasi di kelas, gunakanlah repetisi. Repetisi /
pengulangan ini sangat berguna untuk menembus Critical Area (CA) siswa agar
mereka menjadi lebih sugestif. Sedangkan Critical Area sendiri adalah filter
yang berfungsi untuk menyaring semua informasi yang masuk ke dalam otak. Dengan
teknik Hypnoteaching ini diharapkan menjadi salah satu solusi agar proses KBM
di kelas menjadi jauh lebih efektif
0 komentar