Just Me, My Self, And I.


“Betapa bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya. Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati,  dan kepergiannya ditangisi.”

Beberapa hari sebelum mengajar, saya menyiapkan semua peralatan yang akan dipakai untuk mengajar besok, dari mulai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, materi ajar, dan media pembelajaran yang sudah saya buat dari jauh-jauh hari. Tak bisa dipungkiri saya sangat degdegan mengingat besok akan mengajar karena ini pertama kalinya saya benar-benar mengajar seharian full 4 kali pertemuan pada kelas 6B dengan menggunakan kurikulum 2013. Tapi kemudian saya berpikir ini adalah cara pengenalan untuk merasakan menjadi guru. Bagaimana menjadi guru sesungguhnya? Saat ini masih jadi “guru-guruan” juga masih harus banyak belajar.

Saat ini, terbentang dalam pikiran saya bagaimana menjadi guru sesungguhnya, terlebih lagi sudah ada seseorang yang mendampingi dan ada buah hati? Terbayang jelas, harus membangunkan suami, anak, kemudian menyiapkan keperluan, membereskan rumah, memasak, memandikan anak, menyiapkan kebutuhan anak ke sekolah. Saya yang  masih mengurusi badan sendiri saja masih belum bisa seperti mereka. Ini masih berada dalam Mata Kuliah  Strategi Pembelajaran rasanya semeraut mengatur waktu antara kuliah dan organisasi, dan pada titik akhir, sekali lagi saya kagum kepada para guru yang sudah berkeluarga dan masih tulus mengabdikan diri untuk mendidik anak di sekolah salah satunya adalah Ibu Yayah selaku wali kelas 6B yang menjadi panutan saya.

Oke, dan bahagianya saat  ini saya bisa menyampaikan kisah beberapa hari yang telah saya lalui di SD Negeri Cipocok Jaya 1. Alhamdulillah, sejauh hari yang saya lalui sungguh membahagiakan dapat sering berceloteh dengan anak-anak setiap harinya, sungguh membahagiakan. Entah, apa yang membuat kelas 6B begitu sering menanyakan “Kapan ibu, ke kelas saya lagi?” tak hanya satu orang banyak yang mengatakanya dan sungguh, lantunan syukur saya haturkan kepada pemilik cinta, karena peluh dan jarak yang lumayan menguras tenaga bisa terobati.

Baik, mungkin masih ada yang bertanya-tanya termasuk saya juga. Apa sih mengajar itu? Bagaimana caranya? dan apa pengaruhnya bagi siswa? dan apa bisa membuat siswa menanti nanti mata pelajaran anda? Baik, Para pembaca kali ini para calon guru kan? atau iseng? atau sudah menjadi guru? Tepat sekali jika membaca artikel saya ini. Kali ini saya menuliskan tentang pengalaman saya setelah beberapa kali mengajar di SD Negeri Cipocok Jaya 1 pada kelas 6B dan dipadukan dengan beberapa sumber yang saya baca.

Guru

Menurut Undang - undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kempetensi guru. Guru dituntut dapat memberi pelayanan terbaik untuk mengajar peserta didik. Dalam implementasinya, guru memiliki peran penting dalam upaya menanamkan pengetahuan kepada siswa dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif. Metode pengajaran memang sangat bervariasi, namun seiring perkembangan zaman, metode pengajaran harus dikembangkan dan harus selalu up to date.

Jiwa Seni dan Hypnoteaching

Mengapa dalam artikel yang sederhana ini saya beri judul rahasia menjadi guru idaman? Karena berdasarkan pengalaman yang saya temuai dilapangan, selain memilki kemampuan di bidang  akademis, pertama guru juga harus memiliki jiwa seni dalam mengajar. Dengan demikian, para guru akan selalu berupaya menyajikan proses pengajaran yang kreatif, inovatif dan selalu berpikir divergen agar mampu menciptakan suasana baru dalam mengajar.  Dengan kegiatan yang ‘baru’ diharapkan mampu mencuri perhatian dan menstimulasi peserta didik untuk aktif belajar dalam kegiatan di kelas. Kedua memiliki kemampuan Hypnoteaching, dimana banyak sekali para pakar yang mendefinisikan arti dari hypnoteaching, definisi hypnoteaching menurut menurut buku yang saya baca adalah seni berkomunikasi dengan alam bawah sadar sang murid, sehingga menciptakan rasa damai dan menyenangkan dalam pelajaran yang kita ajarkan.

Dapat dikatakan bahwa guru yang sedah mengajar didepan kelas itu sebagai tontonan bagi peserta didik. Untuk itu,  menarik tidaknya seorang guru bergatung dari ‘pertunjukan’ yang sedang  ia buat di depan kelas.  Peserta didik akan  menilai bahwa ‘pertunjukan ‘ yang menyenangkan, menarik, dan stimulatif akan membuat mereka menjadi antusias dan senang untuk belajar.
Pada zaman dulu para wali mengajarkan atau menyebarkan agama islam dengan mementaskan pertunjukan wayang yang di dalam ceritanya memuat pesan-pesan moral, saya rasa ini masih relevan dengan metode pengajaran yang patut dicontoh. Namun zaman telah berubah,  perkembangan teknologi semakin masiv. Teknologi kian menyebar disetiap lini kehidupan manusia. Dengan demikian, fenomena ini juga berimplikasi pada sektor pendidikan salah satunya mempengaruhi cara pengajaran yang sedang kita terapkan untuk tetap koheren dengan kebutuhan zaman.

Kini kita  hidup di abad 21 dimana abad yang  jauh berbeda dengan jamannya wali songo. Kita dituntut harus adaptif sesuai dengan perkembangan zaman. Era digital ini memang mutlak harus menjadi kewajiban para guru untuk mengembangkan cara mengajar yang  lebih kreatif dan efesien. Banyaknya teknologi media memberi implikasi pada cara pengajaran yang harus di up grade oleh guru era baru ini.

Jika merujuk tulisan dari Iwan Pranoto yang berjudul Berjuang di Pendidikan 2.0 menurutnya saat ini merupakan era teknologi informasi, Internet 2.0 yang ditandai dengan keadaan saat masyarakat bukan lagi sebagai penyerap informasi pasif belaka, tetapi juga sebagai sumber informasi. Jaring sosial semacam Facebook, Twitter, YouTube, Slideshare, Wikis, dsb merupakan ilustrasi yang tepat atas esensi Internet 2.0. Berbagai situs ini sebenarnya tak menguasai informasi, tetapi penggunanya justru yang membagikan informasinya. Dengan demikian, jika di Pendidikan 1.0 siswa menyerap pengetahuan dari guru, di Pendidikan 2.0 siswa saling membagikan pengetahuannya. Dengan ketersediaan jaringan Internet, Pendidikan 2.0 ini sangat cepat menjamur dan mewabah ke seluruh penjuru dunia. Guru dan pesera didik sekarang saling mengembangkan ilmu pengetahuan.

Guru Idaman

Sangat menyenangkan bukan? jika anda menjadi guru idaman? Nah sebelum kita menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus mau dan mampu menyamakan frekuensi antara dirinya dengan siswa (building rapport) sehingga komunikasi dalam proses KBM menjadi lebih kondusif dan efektif. Oleh karena itu sebelum guru meminta siswa untuk membuka mindset yang berorientasi kepada prestasi, guru harus mau membuka mindsetnya terlebih dahulu, agar berorientasi kepada prestasi siswa dengan metode andragogi.

Berikut ini merupakan contoh kasus building Raport Dalam mengawali sebuah kegiatan pembelajaran, kita bisa membedakan setelah ini bagaimana perasaan kita jika kita menjadi muridnya.

Kasus 1 :
·     Guru : "Selamat pagi anak-anak, pagi ini kita awali dengan doa seperti biasa, nah anak-anak sekarang kita akan belajar bahasa inggris, seperti yang sudah kita ketahui, bahasa inggris itu sangat susah sekali ada beberapa pola kalimat yang tentunya harus kita hapal dengan susah, sampai sekarang pun bapak susah menghafalnya.
·   Siswa : "(#$@#$#@%^&%$#@)" (seketika terhipnotis dengan kata-kata siguru dan akan menjadi momok setiap ketemu b.inggris) 

 Kasus 2 :
·    Guru : (dengan sumringah dan senyum semangat) " ya! selamat pagi anak-anak!, pagi yang cerah seperti semangat kalian yang hebat, bapak menjadi lebih semangat lagi. yes?? pagi ini kita akan belajar bahasa inggris dengan cara yang sangat menyenangkan dan mudah kita pahami. oke?
·      Siswa : " yeeeessss siiir" 
·   Guru : (beri feed back) "youre great!" (seketika suasana kelas menjadi keren dan canggih)
4 Elemen yang Perlu Diperhatikan
1.    Konsentrasi
Baik guru maupun siswa harus konsentrasi dalam pengajaran. Ada banyak cara untuk mengajak siswa berkonsentrasi dan fokus kepada guru dan materi pelajaran, alah satunya dengan teknik focus attention statement. Misalnya saat proses belajar berlangsung, dan tiba-tibakipas angin di kelas mati, sudah pasti suasana kelas menjadi gaduh, akibatnya siswa kepanasan dan tidak konsentrasi.
Salah satu upaya guru yang bisa dilakukan adalah menggunakan teknik focus attention statement. Contohnya “ anak-anak biarkan saja suasananya seperti ini, anggap saja kalian sedang menonton konser Raisa, bayangkan & rasakan saja saat kalian melihat konser mereka, penuh sesah, pengap, tapi tetap asyik. Kalo kalian benar-benar “gaul”, pasti kalian pernah menonton konser dan tahu bagaimana rasanya saat menonton konser..ya seperti ini..dan biarkan kallian kini menjadi lebih fokus….kepada saya..”

2. Relaksasi
Relaksasi ini sangat diperlukan agar siswa menjadi lebih tenang dan nyaman, karena saat dalam kondisi ini, gelombang otak siswa berada pada posisi Alpha (14cps - 7 cps), kondisi dimana mereka menjadi lebih relaks dan sugestif saat menerima materi pengajaran dari guru.

Contoh kalimat yang bisa digunakan oleh guru “ Anak-anak silahkan atur duduk kamu dengan nyaman, tegakkan tulang punggung, lalu ambillah nafas yang dalam dari hidung dan buang perlahan lewat mulut, dan katakan WOW !”

3. Instalasi
Maksud dari Instalasi disini adalah komunikasi yang dilakukan guru saat memberikan materi pelajaran dan sugesti kepada siswa. Agar sugesti menjadi efektif, ada 3 hal yang harus lakukan oleh guru, yaitu :
o    Gunakan kalimat yang sederhana dan mudah diingat
o    Gunakan kalimat yang terjadi sekarang (present tense)
o    Fokus kepada tujuan, hindari negative statement.
Contohnya hindari kata :tidak, jangan, bukan, dilarang,  tapi, dll. Contoh dalam perintah “kamu jangan mencontek”
o    Intonasi 
Gunakan intonasi yang tepat saat berbicara, guru harus memahami dan memperhatikan ritme berbicara. Karena dalam ilmu komunikasi efektif, intonasi memiliki peran 38% untuk memasukkan sugesti ke alam bawah sadar siswa

4. Repetisi
Tidak jarang suasana di kelas begitu ramai dan siswa tidak fokus kepada apa yang di kelaskan oleh guru, oleh karena itu saat guru melakukan presentasi di kelas, gunakanlah repetisi. Repetisi / pengulangan ini sangat berguna untuk menembus Critical Area (CA) siswa agar mereka menjadi lebih sugestif. Sedangkan Critical Area sendiri adalah filter yang berfungsi untuk menyaring semua informasi yang masuk ke dalam otak. Dengan teknik Hypnoteaching ini diharapkan menjadi salah satu solusi agar proses KBM di kelas menjadi jauh lebih efektif


  1. Filosofi Golok Ciomas Banten
  2. Badik Dalam Filosofi Kebudayaan Bugis Makassar
  3. UPACARA GAREBEG DI KESULTANAN YOGYAKARTA
  4. Filosofi Semur
  5. Filosofi Burung Garuda
  6. keunggulan kurikulum 2013
  7. Fungsi dan Peranan Guru dalam Proses Belajar Menga...
  8. Aneka Ragam Kuliner Jajanan Tradisonal Kabupaten P...
  9. FUNGSI EVALUASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
  10. Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran
  11. Ungkapan Dasar Yang sering digunakan dalam Percaka...
  12. GOA SANGHYANG SIRAH YANG MISTERIUS
  13. pentingnya belajar filsafat bagi mahasiswa
  14. Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
  15. Tanda-Tanda Kegagalan Kurikulum 2013
  16. Ini Kelemahan-kelemahan Kurikulum 2013
  17. Ciri- Ciri Perenialisme
  18. Pandangan mengenai belajar
  19. Tokoh Filsafat Idealisme
  20. Konsep Filsafat Umum Idealisme
  21. Ruang Lingkup Filsafat
  22. Tanya jawab Filsafat 5
  23. Tanya jawab Filsafat 7
  24. Tanya jawab Filsafat 8
  25. Tanya jawab Filsafat 10
  26. Tanya jawab Filsafat 6
  27. Tanya jawab Filsafat 4
  28. Tanya jawab Filsafat 3
  29. Tanya jawab Filsafat 2
  30. Tanya jawab Filsafat 1
  31. Hakikat Etika Filsafat
  32. Hubungan Etika dengan Ilmu Filsafat
  33. Epistimologi
  34. Filsafat Ekonomi
  35. Filsafat Komunikasi
  36. Pendidikan di Kota Tangerang
  37. Festival cisadane -kearifan lokal
  38. Pendidikan peserta didik
  39. Tari Lenggang Cisadane
  40. Filsafat kehidupan
  41. FILSAFAT DAN HIDUP SEHARI-HARI
  42. FILSAFAT CINTA
  43. Pengertian Filsafat Dan Kebudayaan
  44. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PSIKOLOGI
  45. Kejawen Filsafat Pacul, Wejangan Sunan Kalijaga pa...
  46. Filsafat Bahasa (Hubungan Filsafat dengan Bahasa)
  47. Filsafat Hukum Islam
  48. Filsafat Hukum
  49. Pengertian Filsafat Sejarah
  50. Filsafat Sosiologi
  51. FILSAFAT
  52. Politik di Abad Kegelapan
  53. Keyakinan dan Tindakan “Sukses”
  54. Alasan Burung Garuda Jadi Lambang Negara Indonesia...
  55. Pandangan Progresivisme Tentang Pendidikan
  56. Pentingnya Pendidikan Sesuai dengan Perkembangan A...
  57. Pikiran Kita Ibarat Parasut
  58. Solo “The Spirit Of Java
  59. Kota Gaplek dan Keunikannya
  60. Filsafat Kontruktivisme “Membangun Konsep Berpikir...
  61. "Kota Serambi Mekah yang Menawan"
  62. Tips Menjadi Guru Yang Disenangi Murid
  63. era golablisassi
  64. optimalkan kinerja pendidik
  65. bagaimana implikasi naturalisme filsafat?
  66. Pragmatisme Dalam Pendidikan
  67. Asal Usul Daerah Sobang Banten
  68. KH.ASNAWI CARINGIN ( ULAMA DAN PENDEKAR BANTEN )
  69. Makanan Kesultanan Banten
  70. Aliran Rekontruksionalisme
  71. Pandangan Epistemologi Essensialisme
  72. Aliran Reaslisme Dalam Filsafat Pendidikan
  73. PENTINGNYA MENGETAHUI FILSAFAT PENDIDIKAN BAGI TEN...
  74. KAJIAN TEMATIK FILSAFAT
  75. FILSAFAT POST POSTIVISTIK AB I
  76. Kajian Teori Filsafat Pendidikan
  77. Teori Nilai
  78. Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah
  79. Aksiologi Pengetahuan Filsafat
  80. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
  81. Hakikat Pengetahuan Filsafat
  82. Ontologi filsafat
  83. FILSAFAT FENOMENOLOGI
  84. Aliran Perennialisme
  85. FILSAFAT PRA SOCRATES ( FILOSOFIS ALAM )
  86. Sejarah Kota Bandung: Asal-Usul Nama "Bandung"
  87. Pendidikan dan Kemajuan Ekonomi
  88. Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Kehidupan Sosi...
  89. Sumber-Sumber Kurikulum
  90. Tanpa Penyimpangan Ini, Manusia Takkan Pernah Ada
  91. Muhammad “Guru” Dunia
  92. Ada Apa Dibalik Alam Semesta, Manusia dan Kehidupa...
  93. Cari Tahu Apakah Anda Seorang Sahabat yang Baik?
  94. Mau Jadi Mahasiswa Berkualitas? Ini Dia Kiatnya!
  95. Tentang SM3T
  96. Gotong Royong Falsafah Bangsa yang Terlupakan
  97. Dibalik Tradisi Rabo Kasan
  98. Mengapa Perlu Belajar Filsafat?
  99. Filsafat Geopolitik
  100. Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Pembiasaan...
  101.  Visi Misi UNTIRTA
  102. Filsafat Pancasila
  103. Visi dan Misi UNTIRTA
  104. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Pandeglang
  105. Teori Nilai Filsafat
  106. Pemahaman Filsafat (apa itu filsafat?)
  107. Filsafat Pendidikan Naturalisme Teori Implikasi dan Aplikasinya
  108. Filsafat Dan Logika
  109. Jurnal Filsafat Pendidikan Naturalisme
  110. Jurnal Filsafat pemberlakuan SIM di Jakarta
  111. Filsafat Kearifal Lokal
  112. ASUMSI DAN IMPLIKASI DARI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN
  113. Analisis Filsafat
  114. Filsafat Aksiologis
  115. Pengaruh Filsafat Ilmu Dalam Profesi Pendidik
  116. Filsafat Management Bisnis
  117. 15 Cara Mengambil Hati Dosen untuk Mendapat Nilai A
  118. Belajar Hidup dengan Empati, Simpati, dan Harmoni
  119. SEJARAH FILSAFAT BARAT
  120. ALIRAN PERENNIALISME
  121. Sejarah Filsafat Pragmatisme
  122. Sate Bandeng Kuliner Khas Banten
  123. GUNUNG SANTRI BOJONEGARA BANTEN
  124. Asal Usul Nama Paneglang Banten
  125. Tokoh Filsafat Pendidikan Dunia
  126. filsafat lokal wisdem
  127. Makna Filosofi
  128. cabang-cabang filsafat
  129. Rampag Bedug
  130. KRITISISME IMMANUEL KANT
  131. KESENIAN PENCAK SILAT BANDRONG
  132. BANTEN GIRANG
  133. Aliran Rekontruksionalisme
  134. Sejarah Desa Serang
  135. Pragmatisme Dalam Pendidikan
  136. Aliran Idealisme
  137. SEJARAH PENCAK SILAT CIMANDE
  138. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN MATEMATIKA
  139. Aliran Reaslisme Dalam Filsafat Pendidikan  
  140. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Bangsa Indonesia 
  141. Tokoh-tokoh Filsafat Islam dan Pemikirannya  
  142. Calon Guru Sekolah Dasar Mempelajari Filsafat pendidikan  
  143.  Aliran Dualisme
  144. Teka-teki Naskah Kuno di Birmingham, Benarkah Al Quran Pertama di Dunia?
  145. SEBA: Tradisi Masyarakat Baduy Dalam
  146. Legenda Batu Kuwung
  147. Ayo, Kenali Ciri-Ciri Awal Autis Pada Anak
  148. TRADISI PANJANG MULUD MASYARAKAT BANTEN
  149. Dua Sayap Pendidikan 
  150. Revisi Besar-besaran Buku Kurikulum 2013 oleh Kemendikbud 
  151. Sertifikat Seminar 
Golok ciomas merupakan senjata khas dari Banten. Tidak berbeda dengan golok kebanyakan, golok ciomas merupakan senjata tajam dengan bentuk golok pada umumnya. Golok ciomas sebagai senjata simpanan untuk membela diri. Golok ini dikenal sebagai senjata yang dibawa para jawara Banten saat zaman penjajahan dulu.
Nama "golok ciomas" diambil dari wilayah bernama "Ciomas" yang merupakan asal pembuatan golok. Ciomas merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Serang, terletak ke arah barat Kota Serang. Sangat mudah untuk menjangkau Ciomas. Dari Kota Serang banyak akutan kota yang langsung ke Ciomas. Jika Anda melihat angkot berwana kuning di Kota Serang, maka itu bisa membawa Anda ke Ciomas.
Bagi masyarakat banten, golok biasa juga disebut "bedog". Namun, ada perbedaan bahwa bedog biasa untuk sebutan perkakas pertanian atau pertukangan. Untuk membedakan dengan bedog sebagai senjata, maka disebut juga "bedog ciomas" yang langsung merujuk khusus untuk senjata.
Golok ciomas memiliki keistimewaan dalam segi proses pembuatan. Hal itu pula yang memberikan nilai seni tersendiri bagi golok ciomas. Tidak hanya sekedar tajam, pembuatan golok ciomas mengikuti aturan-aturan tidak tertulis yang dilakukan dari generasi ke generasi sejak zaman Kesultanan Banten.

Salah satunya, golok ciomas hanya dibuat pada bulan Mulud yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seperti diketahui, mayoritas masyarakat Banten beragama Islam, waktu kelahiran nabi memilik makna tersendiri. Berbeda dengan pembuatan golok perkakas, golok ciomas melewati ritual tertentu. Hal yang berbeda lain yaitu penempaan besi bahan golok cimomas hanya menggunakan godam atau penempa khusus bernama Ki Denok.
Palu atau godam bernama Ki Denok ini merupakan warisan pada zaman kerajaan Islam Banten. Godam ini merupakan hadiah dari Sultan Banten. Dengan aturan pembuatan yang ketat, golok ciomas menjadi golok yang bernilai artistik tinggi. Golok ciomas terkenal dengan ketajamannya dan keseimbangan bentuk yang diakui memilik kelebihan dibanding dengan senjata lain.
Pada masa penjajahan, para jawara Banten menggunakan golok ciomas sebagai senjata untuk mengusir penjajah. Karena pembuatannya yang tidak sembarangan ini, tidak semua orang dapat memiliki senjata ini. Kepemilikian golok ciomas dimaksudkan agar si pemegang hanya untuk menjaga kebaikan. Golok ciomas tidak digunakan sembarangan apalagi untuk melakukan kejahatan.

Badik Dalam Filosofi Kebudayaan Bugis Makassar

badik
Badik bukanlah istilah asing bagi sebagian masyarakat Sulawesi Selatan, badik juga bukan hanya sebagai senjata tradisonal semata. Sebab badik tidak hanya sekedar menjadi penanda identitas yang lahir dari warisan kultural masyarakat, melainkan juga kadang difungsikan sebagai alat kekerasan dengan jalan melukai dan menghabisi nyawa manusia. Meski demikian, badik juga terkadang sebagai landasan filosofi hidup serta menjadi penopang harga diri (siri’) yang melekat pada diri setiap orang. Siri’ sendiri adalah merupakan puncak tertinggi dari nilai kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan yang senantiasa harus dijaga dan diperjuangkan. Karena hanya dengan siri’ lah eksistensi diri sebagai manusia akan ditemukan. Sehingga tidaklah mengherankan jika mayoritas dari masyarakat Bugis-Makassar rela bersimbah darah dan bahkan tidak gentar dengan kematian demi menjaga harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Dalam perspektif lain, badik juga sering dimaknai sebagai ikon kebudayaan sekaligus menjadi penanda identitas keberanian serta prinsip hidup seseorang. Oleh karenanya, mereka yang bepergian atau merantau pada masa lampau tanpa dibarengi dengan sebilah badik, maka sama halnya ia bepergian tanpa prinsip. Karena badik adalah bagian akhir dari sadaran “keselamatan hidup” saat berada di negeri rantau.

Dalam konteks ini, badik  telah menjadi bagian dari filsosofi hidup yang tidak bisa dipisahkan ruang kehidupan sosio-kultural masyarakat Bugis-Makassar. Filosofi hidup tersebut dikenal dengan istilah Tellu Cappa’ yang berarti 3 ujung, yang senantiasa difungsikan jika ingin selamat di negeri rantau. Tellu Cappa’ yaitu:

1. Ujung lidah sebagai, sebagai alat komunkasi dengan tutur kata yaang jujur dan sopan.

2. Ujung kelamin, difungsikan untuk mengawini penduduk setempat (pribumi) sebagai bentuk pelanggengan hubungan kekerabatan dan kekeluargaan, serta menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat.

3. Ujung badik, badik yang menjadi jalan terakhir ketika segala persoalan yang dihadapi tidak bisa lagi diselesaikan dengan tutur kata yang santun, bijak dan penuh kekeluargaan.

Dari ketiga filosofi tersebut, kita dapat melihat posisi badik berada di bagian akhir. Ini menandakan bahwasanya badik menjadi penopang hidup akhir dari episode kehidupan ketika sebuah persoalan tidak mampu lagi diselesaikan dengan jalan bijak dan beradab. Atau dengan kata lain, badik bisa dimaknai sebagai bentuk perlawanan terhadap kejahatan dan pelindung moral atau idealisme yang melekat pada diri setiap orang, serta menjadi sandaran hidup dalam upaya mempertahankan eksistensi diri sebagai manusia.

Badik tidak hanya sekedar menjadi kata, tapi sudah menjadi istilah kultural bagi sebagian besar masyarakat Sulawesi Selatan. Orang yang berbudaya badik akan malu berbuat kejahatan, melawan kejahatan (lempu) serta malu jika tidak sanggup menegakkan keadilan demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan (pacce’) di antara sesama, khususnya dalam melindungi orang-orang yang teraniaya.

Oleh karenanya, fungsi badik adalah untuk menjaga harga diri dengan memperjuangkan lempu/pacce’ melalui sikap, tutur kata dan tindakan nyata yang lebih bermoral dan beradab. Badik dicabut dengan tujuan untuk membela kebenaran dan sekaligus menikam kejahatan yang melekat pada penjahat. Matinya penjahat bukanlah tujuan, melainkan sebuah akibat, karena sesungguhnya kejahatanlah yang menjadi tujuan akhir dari tikaman badik tersebut.

Eksistensi badik digambarkan bukan lagi ibarat sesuatu yang kedengarannya sangar di telinga, melainkan lebih kepada upaya yang sangat manusiawi, di mana badik dilihat sebagai simbol ketegasan dan keberanian untuk melawan kezaliman serta dampak buruk yang ditimbulkan oleh kezaliman tersebut. Prinsip hidup inilah yang sebenarnya harus mampu dipahami dan dibumikan dalam relasi kehidupan sosial manusia Bugis-Makassar di manapun ia berada, sehingga dengan demikian akan tercipta pola hidup yang humanis, penuh khidmat dan keadlian.

Demikian juga, badik sebagai istilah yang boleh dikatakan klasik dalam kamus kehidupan masyarakat Bugis-Makassar yang hadir dalam ruang dan zaman yang berbeda dengan masanya. Maka sejatinya harus mampu dimaknai ulang, di mana istilah badik tidak lagi menjadi inspirasi dari praktek kekerasan, melainkan menjadi prinsip hidup dalam upaya membangun kehidupan yang lebih manusiawi.
UPACARA GAREBEG DI KESULTANAN YOGYAKARTA MENCERMINKAN KONSISTENSI SIKAP RELIGIUS DAN MENGHARGAI NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA
Garebeg adalah salah satu upacara kerajaan yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh Kraton Kesultanan Yogyakarta. Di dalam upacara garebeg banyak terangkum unsur-unsur kebudayaan lama Nusantara, seperti religi, bahasa, dan adat istiadat. Dalam upacara Garebeg ini pula dapat disaksikan wujud dari gagasan-gagasan dan alam pikiran religius leluhur. Berbagai ungkapan simbolis dalam Garebeg sesungguhnya banyak mengandung nilai-nilai sosial budaya yang sudah terbukti sangat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan, keselarasan kehidupan masyarakat dari masa ke masa. Upacara gerebeg ini erat sekali kaitannya dengan sejarah perkembangan dan kehidupan beragama di tanah air serta sejarah kerajaan-kerajaan Jawa Islam.
Pengertian Garebeg dan Jenis Garebeg
Dalam bahasa Jawa, kata garebeg, gerbeg atau grebeg, bermakna: suara angin menderu. Sedangkan hanggarebeg, mengandung makna mengiring raja, pembesar atau pengantin garebeg di Kesultanan Yog­yakarta dan di Kesunan Surakarta mempunyai makna khusus, yakni upacara kerajaan yang diselenggarakan untuk memperingati hari ke­lahiran Nabi Muhammad SAW, merayakan Idul fitri dan Idul adha.
Penyelenggaraan upacara gerebeg diadakan tiga kali dalam setiap tahun, yaitu dalam bentuk upacara: 1). Gerebeg Maulud; 2). Garebeg Puasa/Syawal; 3). Garebeg Besar.

Ketiga macam upacara garebeg tersebut sudah dilaksanakan oleh Sultan sejak tahun 1756. Apabila bertepatan dengan tahun Dai (setiap delapan tahun), diselenggarakan Gerebeg Mulud Dai.
  1. Garebeg Mulud. Garebeg Mulud diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bertepatan de¬ngan tanggal 12 Rabiulawal. Bulan ini disebut juga bulan Mulud. Oleh sebab itu garebeg yang diselenggarakan dalam rangka hari kelahiran Nabi Muhammad SAW itu disebut Gerebeg Mulud. Tujuan merayakan dan memperingati hari lahir Nabi, selain untuk menghormati kehadirannya di dunia ini juga untuk memetik suritauladan dari kehidupan Rasullulah. Tradisi tersebut sudah dimulai sejak jaman Kesultanan Demak.
  2. Garebeg Puasa/Syawal. Upacara ini disebut Gerebeg Puasa karena diselenggarakan untuk menghormati bulan suci Ramadhan. Dalam bulan suci itulah umat Islam diwajibkan untuk memenuhi rukun Islam yang keempat, yaitu berpuasa sebulan penuh. Disamping itu Garebeg puasa juga dimaksudkan untuk menghormati malam kemuliaan atau Malam Lailatul Qadar yang diperkirakan terjadi antara tanggal 21 bulan Ramadhan sampai 29 bulan Ramadhan.
  3. Garebeg Besar. Upacara garebeg Besar dimaksudkan sebagai upacara untuk merayakan hari raya Iduladha yang terjadi di bulan Zulhijah. Iduladha disebut al'ied kabir yang berarti besar atau perayaan besar. Oleh sebab itu garebeg yang diselenggarakan juga disebut Garebeg Besar. Selain itu garebeg ini dimaksudkan juga untuk merayakan umat Islam yang baru saja kembali dari menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Pada kesempatan ini Sultan menyerahkan sejumlah hewan/ternak untuk kurban.
Tempat Upacara Garebeg
Rangkaian upacara biasanya dipusatkan di dua tempat, yaitu di Tratag Sitihinggil dan di Kompleks Mesjid Besar.
Tratag Sitihinggil adalah sebuah bangunan luas berbentuk segi empat memanjang dengan tiang-tiang tinggi tanpa dinding. Dahulu Tratag Sitihinggil beratapkan anyaman bambu dengan tiang-tiang bambu. Semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, tiang-tiang bambu diganti dengan tiang besi dan atapnya diganti dengan atap seng.
Ambang pintu depan Mesjid Besar dipergunakan untuk upacara penerimaan sesaji selamatan negeri dan tempat untuk menyambut Sultan setiap kali berkunjung ke Mesjid Besar.

Serambi Mesjid Besar merupakan tempat kegiatan tempat kegiatan Sultan pada upacara religius yang disebut pasowanan mulud setiap kali ada Garebeg Mulud dan Garebeg Mulud Dai. Di tempat ini dibacakan riwayat hidup Rasulullah oleh Kyai Kanjeng Pengulu.
Alat Upacara dan Kelengkapannya
Pada waktu berlangsung upacara garebeg, salah satu kelengkapan upacara yang selalu diserbu oleh masyarakat adalah gunungan. Gu­nungan merupakan salah satu wujud sesaji selamatan (sajen wilu-jengan-Jw) yang khusus dibuat pada setiap upacara garebeg. Gunung­an terbuat dari berbagai jenis bahan makanan seperti nasi tumpeng, kacang panjang, wajik, telur asin, cabe merah, kelapa muda, pisang dan berbagai bahan makanan lainnya yang ditata sedemikian rupa sehingga menyerupai kerucut atau gunungan.
Terdapat enam macam gunungan yang melengkapi upacara gare¬beg, yakni Gunungan Lanang, Gunungan Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Pawuhan, Gunungan Darat dan Gunungan Kutug/Bromo. Masing-masing gunungan mempunyai bentuk dan fungsi/maksud ter-tentu. Setiap gunungan ditempatkan di atas nampan besar berukuran 2 x 1/2 meter, diusung oleh sekitar 16 orang.
Perangkat lain adalah gamelan beserta Gendhing-gendhing yang khusus dipertunjukkan hanya pada upacara garebeg. Nama gamelan tersebut adalah Kyai Gunturmadu dan Kyai Nogowilogo. Selain itu masih pula terdapat benda-benda upacara yang dapat digolongkan pada Benda Upacara Kerajaan, Benda Upacara Sultan dan Pusaka-pusaka Kerajaan. Semua benda-benda tersebut dipertunjukkan kepada masyarakat terkadang dalam bentuk pameran dalam Acara Sekaten.
Unsur lain yang tak kalah menariknya bagi masyarakat dan wisatawan dalam setiap acara garebeg adalah dengan diadakannya prosesi yang melibatkan Prajurit Keraton dan Polowijo Cebolan. Prajurit Keraton adalah angkatan bersenjata yang dimiliki oleh Kraton, lengkap dengan pakaian tradisionalnya. Mereka dikenal dengan berbagai sebutan menurut kesatuannya, seperti Kesatuan Sumoatmojo, Ketanggung, Patangpuluh, Wirobrojo, Jogyakarta, Nyutro, Daeng, Jager, Prawirotomo, Mantrijero dan Surokarso.

Polowijo atau Cebolan adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang cacad tubuh atau mempunyai kelainan fisik yang dipelihara oleh Keraton. Dalam perarahan garebeg, mereka ditempatkan beberapa langkah di belakang Putra Mahkota dan di depan para pembawa benda-benda upacara. Polowijo Cebolan ini merupakan lambang hidup dan kebajikan Sultan bahwa para kawula kerajaan yang cacad tubuhpun mendapat naungan kasih sayang Sultan dan mereka pun dapat mengabdikan dirinya kepada kerajaan
Demikianlah gambaran tentang upacara garebeg, tentang maksud dan tujuan dan berbagai kelengkapannya, yang telah membuktikan adanya konsistensi sikap relegius dan rasa menghargai nilai-nilai sosial budaya warisan nenek moyang yang sampai sekarang masih tetap berlangsung di Yogyakarta.

Semur sebagai salah satu varian kulinari Nusantara, bukan sekedar memiliki kekayaan dari segi rasa.

Santapan khas yang menggunakan paduan bumbu rempah-rempah dan kecap manis serta bahan lain seperti daging ayam, sapi atau ikan ini ternyata memiliki nilai filosofi dan sejarah didalamnya.

"Semur ada di penjuru Indonesia dengan nama yang berbeda tapi tetap satu jenis. Yang membedakan hanya bahan pelengkapnya saja. Selain tersebar, ada nilai-nilai yang terkandung dari jenis masakan ini," ujar Agus Nugraha selaku Senior Brand Manager Bango saat ditemui usai diskusi mengenai masakan Semur di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).

"Semur juga memiliki kandungan nilai filosofi dan sejarah. Beberapa diantaranya yang sudah kita kumpulkan datanya ada Andilan, semur khas Betawi, Malbi, semur khas Palembang dan Rabeg, semur khas Banten. Ketiganya ini memiliki nilai-nilai filosofi dan sejarah yang menjadi identitas bagi bangsa Indonesia," imbuhnya.

Andilan, semur khas Betawi adalah jenis semur yang disajikan khusus untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Sebelumnya, para warga mengumpulkan dana untuk membeli seekor kerbau, yang nantinya kerbau tersebut akan dirawat dan dibesarkan oleh orang-orang di lingkungan yang mengadakan pengumpulan dana tersebut. Setelah cukup besar, kerbau akan disembelih dan dimasak bersama-sama oleh warga sekitar untuk menyajikan makanan khas saat Idul Fitri.

"Dari sini terlihat bahwa ada nilai filosofi yang dalam, yaitu nilai kebersamaan dan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Betawi," kata Agus.

Hampir serupa dengan Andilan, Malbi yang merupakan semur khas Palembang juga memiliki nilai filosofi berupa unsur doa dan harapan didalamnya.

"Semur Malbi dimasak dan disajikan dengan nasi kuning untuk merayakan kebahagiaan di hari raya Idul Fitri. Warna kuning disini merupakan perlambangan dari kesejahteraan dan kekayaan, jadi bisa dijadikan sebuah lambang harapan yang baik," papar Agus.

Lain dengan Andilan dan Malbi, Semur khas Banten yang bernama Rabeg memiliki nilai sejarah di dalamnya. Diceritakan bahwa saat masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin, beliau dihidangkan sebuah masakan khas daerah Rabiq di dataran Arab berupa jeroan Kambing.

Saat itu Sultan Maulana merasa masakan tersebut sangat lezat, hingga saat ia kembali ke Banten, beliau memerintahkan juru masaknya untuk membuat masakan serupa.

Namun karena bahan dan racikan yang dimiliki juru masak Sultan Maulana berbeda, maka diciptakanlah sebuah jenis masakan serupa namun menggunakan resep khas Nusantara yang akhirnya disebut dengan Semur Rabeg. Nama Rabeg sendiri diambil dari kata Rabiq, tempat asal Sultan Maulana mencicipi hidangan khas berupa sajian jeroan Kambing tersebut.

"Dari cerita tersebut bisa kita lihat bahwa ada nilai histori dari jenis masakan Semur Rabeg di Banten. Jadi jelas bahwa selain memiliki kekayaan dalam rasa, Semur juga memiliki nilai-nilai kebudayaan, termasuk didalamnya nilai filosofi dan histori," pungkas Agus.